Jakarta (ANTARA News) - Mantan Perdana Menteri Inggris Raya Tony Blair, Kamis, mengunjungi SMA Islam Al-Azhar 1, Jakarta Selatan, untuk berdiskusi dengan sejumlah siswa dan pengajar dalam rangkaian program "Face of Faith" yang digagas oleh Yayasan Tony Blair.
Tony Blair yang merupakan pendiri Yayasan Tony Blair itu mengatakan program "Face to Faith" tersebut berfungsi untuk menghubungkan siswa dan pengajar di sejumlah negara di dunia dan sebagai wadah saling bertukar informasi dan pengetahuan.
"Program ini menyatukan para pemuda di berbagai tempat di belahan dunia. Tujuannya adalah untuk mendidik para pemuda dari usia dini untuk saling memahami dan bersahabat satu dengan yang lainnya," kata Tony Blair ketika berdiskusi dengan para pengajar di Perpustakaan SMA Al-Azhar 1, Jakarta Selatan.
Tujuan dan ide awal dari program "Face to Faith" tersebut adalah untuk menunjukkan rasa saling menghargai dan menghormati antar agama yang harus terapkan tidak hanya oleh pemerintah dan negara-negara di dunia namun juga oleh masyarakat sebagai warga dunia.
"Saya ingin mencapai keadaan di mana, berdasarkan hasil program ini, pemerintah di seluruh dunia mencoba untuk membuat para generasi muda mereka memahami perbedaan yang ada, belajar dari perbedaan itu, dan mencoba untuk hidup berdampingan dalam keberagaman," kata Tony.
"Jika Anda tidak memandang keberagaman sebagai suatu kekuatan, maka anda memandang keberagaman sebagai suatu ancaman," kata Tony Blair.
Blair mengungkapkan kekagumannya terhadap Indonesia, yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, serta semboyan nasional Bhinneka Tunggal Ika, yang menekankan persatuan di atas keberagaman.
"Di mana kekuatan datang dari keberagaman dan persatuan lintas batas agama. Jadi Indonesia adalah tempat yang sempurna bagi program ini," kata Blair.
Sementara itu, Country Coordinator Tony Blair Faith Foundation Wati Wardani mengatakan terdapat dua wadah bagi siswa dan pengajar untuk saling berinteraksi dalam program tersebut yaitu melalui telekonferensi video lewat Skype dan komunitas online lewat blog dan forum diskusi.
Setiap melakukan telekonferensi video, para siswa, didampingi oleh pengajar akan difasilitatori oleh perwakilan dari markas Tony Blair Foundation di London, Inggris, yang akan memandu diskusi mereka dengan sekolah-sekolah lain di berbagai belahan dunia.
"Selain bertukar informasi tentang latar belakang budaya dan kepercayaan yang berbeda, program ini juga bertujuan untuk menghindari adanya konflik, prasangka, ekstrimisme dan stereotip dan kesalahpahaman informasi," kata Wati.
Wati, yang juga mantan pengajar Bahasa Inggris di SMA Islam Al-Azhar 1, Jakarta itu, mengatakan ada kurang lebih 150 sekolah di Indonesia yang sudah terdaftar dalam program "Face to Faith" tersebut namun hanya 60 yang aktif.
"Koneksi internet yang kurang baik menjadi kendala bagi sejumlah sekolah yang berpartisipasi dalam program ini," kata dia.
Program tersebut juga memungkinkan siswa dan para pengajar untuk berkomunikasi dengan mereka yang berada di negara-negara yang sedang dilanda perang atau konflik seperti Palestina, Ukraina, Kosovo dan Lebanon, kata Wati.
Dalam kesempatan tersebut, Tony Blair bersama para siswa SMA Al-Azhar 1 Jakarta melakukan diskusi dengan para siswa sekolah menengah atas di India melalui telekonferensi video tentang perbedaan budaya dan agama.
Turut hadir pula dalam diskusi tersebut sejumlah pengajar perwakilan sekolah-sekolah di Indonesia yang mengikuti program "Face of Faith" tersebut.
"Hal terbesar yang bisa kami pelajari dari program ini adalah bagaimana kami menghargai perbedaan. Para siswa bisa melihat perbedaan bukan lah hal yang aneh sehingga mereka bisa menghargai siswa lainnya," kata Maulidia, salah seorang pengajar di SMA Labschool Rawamangun, Jakarta.
Selain itu, peraturan di dalam video konferensi mengharuskan para siswa menyampaikan pendapat pribadinya dengan mengatakan "pendapat saya", sehingga menghindarkan pemahaman bahwa hal yang disampaikan adalah pendapat suatu negara dari siswa bersangkutan.
"Para siswa memiliki dan mengungkapkan ide pribadi mereka sendiri, itulah salah satu manfaat terbesar dari program ini," kata Maulidia.
Program "Face to Faith" telah dimulai sejak tahun 2009 dan melibatkan sekitar 100.000 siswa, berusia antara 12-17 tahun, dari 30 negara di berbagai belahan dunia.
Pewarta: Aditya E.S. Wicaksono
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014