Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp11.822 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.814 per dolar AS.
"Dolar AS masih melanjutkan penguatannya terhadap mata uang rupiah meski data wholesale AS mengalami penurunan. Penguatan dolar AS masih ditopang oleh spekulasi kenaikan suku bunga AS (Fed rate) masih cukup kuat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia menambahkan aksi beli dolar AS kemungkinan masih akan berlanjut akibat rilis data ekonomi di Kanada, Australia dan New Zealand yang lemah, berbanding terbalik dengan indikator ekonomi AS yang masih menunjukkan perbaikan.
"Perbaikan ekonomi AS akan mendorong bank sentral AS (the Fed) untuk mulai menaikkan suku bunga tahun depan," katanya.
Ariston Tjendra menambahkan sentimen kenaikan harga gas elpiji untuk ukuran 12 kg juga masih menjadi kekhawatiran bagi investor karena akan mendorong tingkat inflasi meninggi.
"Meski dampak kenaikan gas elpiji itu diperkirakan tidak signifikan terhadap laju inflasi, namun masih menjadi kekhawatiran bagi pasar keuangan," ujarnya.
Kendati demikian, ujarnya, rupiah berpeluang kembali menguat seiring dengan ekspektasi pasar terhadap tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) diperkirakan tetap di level 7,5 persen.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014