Ukraina tidak akan melakukan kompromi dalam hal kesatuan wilayah.

Kiev (ANTARA News) - Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Rabu, menjanjikan akan memberikan otonomi lebih luas bagi wilayah-wilayah separatis di Ukraina timur, namun ia tidak membiarkan negara itu terpecah belah.

Poroshenko juga mengumumkan bahwa Rusia telah menarik sebagian besar pasukannya yang diduga dikerahkan ke perbatasan untuk membantu para pemberontak pro-Kremlin. Demikian diberitakan AFP.

Pernyataan Poroshenko muncul di saat para utusan Uni Eropa sedang menggelar pertemuan di Brussels untuk membahas gelombang baru sanksi-sanksi terhadap Moskow atas peranannya dalam konflik di negara bekas Soviet itu.

Poroshenko mengatakan gencatan senjata tersebut --yang pertama kalinya didukung baik oleh Kiev maupun Moskow sejak para pemberontak pro-Rusia meluncurkan aksi perjuangan menentang pemerintahan Kiev pada April-- secara dramatis telah meningkatkan situasi keamanan di wilayah yang rusak karena perang itu.

"Menurut informasi terbaru yang saya terima dari markas besar intelijen kita, 70 persen pasukan Rusia sudah ditarik," kata laman kepresidenan yang mengutip Poroshenko saat berbicara kepada menteri-menterinya yang paling berpengaruh.

Poroshenko mengatakan dirinya berniat untuk menyampaikan undang-undang kepada parlemen pekan depan yang memberikan wewenang kepada wilayah-wilayah di timur kekuasaan sendiri untuk sementara.

Namun, hal itu tidak berarti bahwa mereka keluar dari kendali Kiev.

"Ukraina tidak akan melakukan kompromi dalam hal kesatuan wilayah," ujarnya.

"Tidak akan ada pembicaraan soal federalisasi ataupun pemisahan (oleh wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak)."

Presiden Rusia Vladimir Putin telah sekian lama berupaya mengubah Ukraina menjadi federasi lepas, yang dengan demikian wilayah industri di timur itu memiliki hak untuk membentuk hubungan dagang dan diplomatiknya sendiri dengan Moskow.

Dan, seorang pemimpin segera menyatakan tekad untuk mendapatkan kemerdekaan melalui pembicaraan damai, yang ditujukan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama lima bulan dan menewaskan lebih dari 2.700 orang serta membenturkan hubungan Timur dengan Barat.

(T008)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014