"Elpiji 12 kg ini bukan barang subsidi, jadi secara perlahan akan dinaikkan sesuai daya beli masyarakat menuju harga keekonomiannya," katanya di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pemerintah telah memberi persetujuan kepada PT Pertamina (Persero) untuk menaikkan harga elpiji 12 kg.
"Kenaikan ini merupakan corporate action untuk menekan kerugian," ujarnya.
Sesuai peta jalan (roadmap) yang sudah diserahkan ke pemerintah, Pertamina berencana menaikkan lagi harga elpiji 12 kg sebesar Rp1.500 per kg pada 1 Januari 2015.
Selanjutnya, harga elpiji dinaikkan Rp1.500 per kg setiap enam bulan hingga keekonomian.
Per 1 Juli 2015 naik Rp1.500 per kg, 1 Januari 2016 naik Rp1.500 per kg, dan 1 Juli 2016 naik Rp1.500 per kg.
Setelah 1 Juli 2016, harga elpiji diperkirakan mencapai keekonomian.
Susilo menambahkan, pemakai elpiji tabung 12 kg merupakan masyarakat dan usaha golongan menengah ke atas, sementara rakyat dan usaha kecil menggunakan gas kemasan 3 kg.
Ia juga mengatakan, kapasitas produksi elpiji dalam negeri sulit bertambah, karena memang cadangannya tidak banyak.
"Kita punya banyak gas, tapi gas alam, bukan elpiji. Dengan demikian, kita mesti impor elpiji," ujarnya.
Ke depan, lanjutnya, pemerintah bertekad mengurangi pemakaian elpiji dengan mengembangkan jaringan gas kota yang memakai gas alam.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, setiap akan melakukan kenaikan, pihaknya akan menyampaikan terlebih dahulu kepada pemerintah.
"Seperti sekarang ini, tentunya kami lapor dulu ke pemerintah," ujarnya.
Menurut dia, kenaikan harga elpiji 12 kg sesuai keekonomian tersebut juga makin membuka kesempatan perusahaan lain berbisnis yang sama, sehingga masyarakat mempunyai pilihan.
Per 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat, Pertamina menaikkan harga elpiji tabung 12 kg sebesar Rp1.500 per kg untuk menekan kerugian bisnis tersebut.
Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata elpiji 12 kg dari Pertamina menjadi Rp7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069 per kg.
Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lainnya, seperti transport, pengisian, margin agen, dan PPN, maka harga jual di agen menjadi Rp9.519 per kg atau Rp114.300 per tabung dari sebelumnya Rp7.731 per kg atau Rp92.800 per tabung.
Dengan kenaikan harga Rp1.500 pe kg tersebut, maka Pertamina menekan kerugian bisnis elpiji 12 kg pada 2014 sebesar Rp452 miliar hingga tinggal menjadi Rp5,7 triliun.
Nilai kerugian tersebut, masih di atas proyeksi RKAP 2014 sebesar Rp5,4 triliun dengan asumsi CP Aramco sebesar 833 dolar per ton, kurs Rp10.500 per dolar, dan konsumsi 907.000 ton.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014