Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, melemah sebesar 44 poin menjadi Rp11.805 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.761 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan indeks dolar AS kembali terapresiasi terhadap mata uang rupiah, hal itu dikarenakan sentimen kenaikan suku bunga acuan AS (Fed rate) masih membebani mata uang di negara berkembang.
Di sisi lain, lanjut dia, pasar keuangan juga masih dibayangi oleh keputusan pemangkasan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB), situsi itu memberikan keunggulan bagi dolar AS.
"Sentimen eksternal akhir-akhir ini masih membantu penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia," katanya.
Kendati demikian, ia menambahkan, indikator teknikal memberi sinyal penguatan mata uang AS yang terlalu tinggi akan mempercepat kondisi jenuh beli (overbought).
"Dolar AS telah mencetak rally yang cukup tajam dalam beberapa harti terakhir ini. Namun, sisi teknikal belum dapat dijadikan acuan karena sentimen fundamental masih cukup kuat untuk menopang mata uang dolar AS," katanya
Sementara dari dalam negeri, Ariston Tjendra mengatakan sentimen kenaikan harga gas elpiji untuk ukuran 12 kg (kilogram) menjadi kekhawatiran bagi investor karena akan mendorong tingkat inflasi meninggi.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.782 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.754 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014