Jenewa (ANTARA News) - Korban tewas akibat wabah Ebola terburuk dalam sejarah melonjak hampir 200 orang dalam satu hari, sehingga total mencapai 2.296 orang dan bahkan tampak cenderung lebih tinggi dari itu, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa.
WHO mencatat 4.293 kasus Ebola di lima negara Afrika Barat pada 6 September, sehari setelah pembaruan sebelumnya. Tapi, lembaga itu masih belum memiliki angka baru untuk Liberia, negara paling parah terkena dampak, yang menunjukkan jumlah korban sebenarnya sudah jauh lebih besar.
WHO telah mengatakan pihaknya memperkirakan munculnya ribuan kasus baru di Liberia dalam tiga pekan ke depan, demikian seperti dilaporkan Reuters.
Selain berjuang untuk mencegah penyakit tersebut, organisasi tersebut memiliki kesulitan kompilasi data jumlah kasus, kata Sylvie Briand, direktur departemen pandemi dan epidemi penyakit WHO.
"Kami tahu bahwa angka-angka tersebut di bawah perkiraan," kata Briand dalam sebuah jumpa pers di Jenewa, "Kami sedang bekerja untuk memperkirakan yang di luar perkiraan."
"Ini adalah perang melawan virus ini. Ini adalah perang yang sangat sulit. Apa yang kita coba lakukan sekarang adalah untuk memenangkan beberapa pertempuran setidaknya di beberapa tempat," katanya.
Data menunjukkan, wabah yang dimulai pada Desember lalu itu telah meningkat kecepatannya selama berbulan-bulan, dan sekitar 60 persen kasus di Liberia dan kematian terjadi dalam tiga pekan terakhir.
Medecins Sans Frontieres/ Dokter Tanpa Batas (MSF) mengatakan bahwa County Montserrado Liberia, yang meliputi ibukota Monrovia, membutuhkan 1.000 tempat tidur untuk merawat pasien Ebola tetapi badan amal kesehatan hanya dapat menyediakan sekitar 400 dari kebutuhan itu.
"Kami tahu bahwa setiap hari ada lebih banyak orang yang perlu dirawat daripada yang kami mampu masukkan dalam program kami. Saat ini, ada kekurangan tempat tidur," kata koordinator kondisi darurat MSF Laurence Sailly dalam sebuah konferensi pers, Selasa.
Sailly kata MSF telah melobi organisasi non-pemerintah lainnya dan PBB untuk meningkatkan respons mereka di tiga negara, terutama di Liberia.
"Kami bekerja juga di Guinea dan Sierra Leone, jadi kami tidak akan dapat menyediakan lebih dari 300 sampai 400 tempat tidur di sini di Montserrado. Kami tidak akan bisa lebih dari itu, dan tidak akan ada yang bisa dilakukan dengan skala epidemi di sini," kata Sailly.
Di Guinea dan Sierra Leone, dua negara lainnya di pusat wabah, hanya 39 persen kasus dan sekitar 29 persen kematian terjadi dalam tiga minggu terakhir. Hal itu menunjukkan mereka melakukan lebih baik dalam upaya penanggulangan wabah.
Data-data baru itu juga menunjukkan dua terduga kasus baru di Senegal selain satu kasus sebelumnya dikonfirmasi di sana. Di Nigeria, jumlah keseluruhan kasus turun menjadi 21 dari 22, setidaknya satu terduga kasus ternyata bukan Ebola.
(Uu.G003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014