Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Perhubungan RI Bambang Susantono mengatakan integrasi empat pelabuhan utama di Indonesia diharapkan masuk program pemerintahan terpilih Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan efisiensi Sistem Logistik Nasional.
"Setidaknya dalam satu bulan ke depan sudah didapatkan laporan hasil dari uji coba integrasi di empat pelabuhan. Harapannya, pemerintah baru mau meneruskannya," kata Bambang seusai menjadi pembicara dalam seminar "Komitmen Pemerintah dalam Menyiapkan Sistem Logistik Nasional dalam rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan Pasar Bebas AFTA 2020" di Jakarta, Rabu.
Bambang mengatakan uji coba yang menghubungkan empat pelabuhan yakni Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), dan Makassar, memakai sistem pelayanan tunggal elektronik (internet) atau dikenal dengan sebutan Inaportnet.
"Tidak mudah menjalankan sistem Inaportnet ini karena sistem yang ada di empat bandara utama bersifat lokal dengan Sumber Daya Manusia yang masih terbatas. Hal inilah yang membuat Kemenhub mesti menguji coba dulu sebelum benar-benar direalisasikan," kata dia.
Ia menerangkan, Kemenhub pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menargetkan integrasi keempat pelabuhan ini terealisasi secara sempurna dalam satu tahun setelah perilisan hasil evaluasi.
"Biaya pelayaran di Indonesia harus dipangkas agar mampu bersaing menghadapi MEA 2015 dan Pasar bebas AFTA 2020," kata dia.
Secara teknis, ia menjelaskan uji coba tersebut diawali dengan menghubungkan Pelabuhan Belawan (Medan) dan Tanjung Priok (Jakarta), kemudian Tanjung Perak (Surabaya) dan Makassar.
"Uji coba sudah berlangsung tiga bulan, dan saat ini sudah tahapan integrasi keempatnya," ujar dia.
Dalam proses itu, menurutnya terjadinya efisiensi waktu karena sistem pelayanan tunggal elektronik "Inaportnet" membuat proses menjadi lebih sederhana.
"Contohnya sebuah kapal dari Pelabuhan Belawan yang akan bongkar muat di Tanjung Priok sudah mengetahui dermaga mana akan menunggu karena sudah ada koordinasi. Jadi tidak seperti selama ini yang harus mengantre lagi," kata dia.
.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014