Biak (ANTARA News) - Jumlah pengidap infeksi dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, dalam sebulan terakhir atau periode 30 September hingga 31 Oktober 2006 bertambah 21 penderita, sehingga total warga setempat yang tertular virus mematikan tersebut menjadi 229 orang.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor yang diperoleh ANTARA News, Selasa, menyebutkan bahwa dalam 21 kasus baru
Human Immuno-Deficiency Virus/Acquired Immuno-Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) itu ada lima orang dinyatakan telah meninggal dunia.
Dari 229 pengidap penyakit HIV/AIDS diidentifikasi ada dua mahasiswa, tiga karyawan, sembilan ibu rumah tangga, dua petani, seorang buruh kasar, seorang pekerja swasta, dan tiga pengangguran.
Jumlah total keseluruhan warga Kabupaten Biak Numfor tertular sindroma menular itu per 31 Oktober 2006 sebanyak 229 orang, dan 92 di antaranya telah meninggal.
Petugas sero survei Infeksi Menular Seksual (IMS) Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, Ruslan SKM, di Biak, Selasa, mengatakan bahwa pengidap virus HIV/AIDS terdapat di distrik Biak Kotamencapai 135 kasus, Distrik Samofa 32 kasus, Distrik Yendidori 11 kasus, Biak Utara 12 kasus, Distrik Biak Timur 14 kasus, Warsa lima kasus, Distrik Numfor Timur dua kasus, dan Kabupaten Supiori 15 kasus.
Hingga 31 Oktober 2006, menurut Ruslan, untuk distrik Numfor Barat belum ada data yang dilaporkan kasusnya ke Dinas Kesehatan.
Ia mengatakan, tiga resep sederhana untuk menghindari penularan penyakit HIV/AIDS dalam diri seseorang, diantaranya puasa seks, jangan berhubungan seks bila belum menikah, dan setia kepada pasangan hidupnya.
"Jangan melakukan ganti-ganti pasangan, terutama terhadap kelompok risiko tinggi dan orang yang belum dikenal," katanya.
Cara lain menghindari penyakit HIV/AIDS, menurut Ruslan, bagi kelompok berisiko tinggi harus menggunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
Ia mengingatkan masyarakat, bila mengidap penyakit infeksi menular seksual jangan sekali-kali melakukan hubungan seks dengan siapa pun.
"Hal ini sangat berbahaya jika dilakukan," demikian Ruslan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006