Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Selasa pagi bergerak melemah sebesar 16 poin menjadi Rp11.741 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.725 per dolar AS.

Analis pasar uang Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa laju mata uang rupiah masih rentan terhadap koreksi seiring dengan outlook kenaikan suku bunga AS (Fed rate) masih cukup kuat.

"Kondisi global masih menjadi sentimen utama bagi pasar keuangan di dalam negeri," katanya.

Menurut dia, pelaku pasar uang cenderung melakukan transaksinya dalam jangka pendek seraya memantau perkembangan di dalam negeri terkait susunan kabinet pemerintahan baru.

"Pembalikan arah ke area negatif kembali terjadi di mana pelaku pasar cenderung melakukan transaksi jangka pendek untuk dimanfaatkan profit taking," katanya.

Namun, ia mengatakan bahwa mata uang rupiah juga masih berpotensi menguat pada hari ini menyusul belum adanya perubahan fundamental ekonomi domestik yang saat ini masih cukup kuat.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa munculnya sentimen kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS seiring dengan ekspektasi penurunan jumlah klaim pengangguran kembali menguatkan peluang dolar AS.

"Kenaikan yield obligasi AS memicu aksi beli dolar AS. Yield obligasi AS diperkirakan kembali naik terutama yang bertenor panjang," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014