...mudah-mudahan juga merupakan dukungan bagi upaya-upaya di Indonesia untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di masa lalu...sebagaimana dijanjikan oleh Presiden terpilih Joko Widodo semasa kampanye yang baru lalu.â€
Jakarta - Film "Senyap" (The Look of Silence) karya sutradara Joshua Oppenheimer asal Amerika Serikat dan ko-sutradara Anonim asal Indonesia meraih Penghargaan Utama Juri (Grand Jury Prize) dalam Festival Film Internasional Venezia ke 71 (Venice International Film Festival) di Italia. Film Senyap diproduksi oleh lima negara, yaitu Denmark, Indonesia, Norwegia, Finlandia, dan Inggris.
Selain memenangkan salah satu penghargaan utama tersebut, film "Senyap" juga memenangkan hadiah lainnya, yaitu FIPRESCI Award (Penghargaan Federasi Kritikus Film Internasional) untuk film terbaik, Mouse d'Oro Award (Penghargaan Kritikus Online) untuk film terbaik, Fedeora Award (Federasi Kritikus Film Eropa dan Mediterania) untuk film terbaik Eropa-Mediterania, dan Human Rights Nights Award untuk film terbaik bertema hak azasi manusia (HAM).
Film "Senyap" menjadi film dokumenter pertama yang memenangi penghargaan Mouse d’Oro. Film "Senyap" menerima penghargaan sebagai film bertema HAM terbaik bersama film "Io Sto con la Sposa" karya Antonio Augugliaro, Gabriele Del Grande, dan Khaled Soliman Al Nassiry.
Joshua Oppenheimer memberikan sambutan dari jarak jauh karena pesawatnya tertahan akibat badai di bandara Chicago pada hari Sabtu, 6 September 2014, pukul 7.30 malam waktu Italia.
Film "Senyap", seperti film "Jagal" (The Act of Killing), adalah film dokumenter mengenai pembantaian massal 1965 di Sumatera Utara. Berbeda dengan film "Jagal" yang mengambil perspektif para pelaku pembantaian tersebut, film "Senyap" mengambil perspektif penyintas dan keluarga korban.
"Senyap" bercerita mengenai keluarga Adi Rukun yang mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana kakaknya dibunuh dan siapa yang membunuhnya. Sebagai adik bungsu, Adi bertekad untuk memecah belenggu kesenyapan dan ketakutan yang menyelimuti kehidupan para korban, dan kemudian mendatangi mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan kakaknya
Adi Rukun sebagai keluarga korban berkomentar, "Sebagai tukang kacamata, sehari-hari saya membantu orang lain untuk melihat dengan lebih terang. Saya punya harapan yang sama dengan film ini."
Ia menimpali, "Saya berharap bahwa saya juga membantu banyak orang melihat dengan lebih terang apa yang sebenarnya terjadi dalam sejarah kelam kita yang selama ini dipalsukan atau setidaknya disembunyikan. Kami, keluarga korban, bukanlah orang jahat. Kami bukan hantu bahaya laten komunisme yang perlu ditakuti. Kami bukan hama yang perlu diberantas.”
Selain itu, ia menyatakan, “Tidak seperti para pelaku, kami tidak minta kakak, ayah, ibu, saudara-saudara kami, para korban, dijadikan pahlawan, walaupun sebagian dari mereka pantas untuk itu. Kami hanya ingin berhenti dianggap sebagai orang jahat dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Kami ingin berhenti dianggap sebagai kelompok yang hina dan khianat."
"Kami tidak pernah melakukan kesalahan yang pantas dihukum dengan cara keji seperti apa yang terjadi pada tahun 1965," ujarnya.
Ia pun mengemukakan, “Apakah pelaku mau mengakui kesalahan mereka, itu terserah mereka. Para pelaku punya pilihan untuk mengakui kesalahan dan minta maaf, atau mereka mau terus menambah nyaring kebohongan mereka.”
“Lewat film Senyap, kami hanya ingin memberi tahu bahwa kami tahu apa yang mereka lakukan. Kami tahu apa yang sesungguhnya terjadi di balik kebohongan mereka. Cepat atau lambat, tapi pasti, kebohongan akan terungkap. Kami akan terus bicara,” katanya.
Adi menambahkan, “Penghargaan ini adalah sebuah pendorong semangat bagi kami, keluarga korban, untuk terus membongkar kebohongan yang selama ini menjadi fondasi bagi kekuasaan para pelaku pembantaian massal.”
Sementara itu, Anonim selaku ko-sutradara menyatakan, “Kemenangan ini bukanlah kemenangan kami. Ini adalah gaung bagi suara-suara lirih keluarga korban, penyintas, dan mereka yang tertindas. Mudah-mudahan gemanya akan sanggup memperkuat suara-suara itu, karena di sela-sela kesenyapan itu juga ada banyak harapan. Film kami menunjukkan betapa rekonsiliasi adalah sebuah jalan panjang, penuh rintangan, dan berat."
"Kami berharap pesan film' Senyap' ini mencerminkan optimisme kami: Rekonsiliasi adalah jalan berat, bukan jalan yang tak mungkin,” ujarnya.
Adapun Joshua Oppenheimer sebagai sutradara mengemukakan, “Penghargaan ini adalah sebuah kehormatan bagi kami, dan mudah-mudahan juga merupakan dukungan bagi upaya-upaya di Indonesia untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di masa lalu termasuk Tragedi 1965 dan komitmen untuk menghapus semua bentuk impunitas, sebagaimana dijanjikan oleh Presiden terpilih Joko Widodo semasa kampanye yang baru lalu.”
“Film ini juga punya harapan, bahwa kita semua mau berhenti sejenak dan mendengar apa yang dibisikkan kesenyapan di sela-sela hingar-bingar propaganda. Mendengarkan apa yang tersembunyi dalam sejarah, menelusurinya, lalu menulis ulang kembali sejarah itu berikut dengan kesenyapan yang terlupa dan belum tersampaikan. Menulis ulang sejarah itu adalah menulis lembar baru dalam identitas kemanusiaan kita,” demikian Joshua.
"Senyap" ditayangkan perdana secara internasional di Festival Film Internasional Venezia ke-71 di Italia pada 28 Agustus 2014. Dari Venezia, film "Senyap" ikut di Festival Film Telluride, Amerika Serikat, dan tayang di Festival Film Internasional Toronto pada 8 September 2014.
Keterangan mengenai film Senyap dapat dibaca pada situs resmi www.filmsenyap.com atau www.thelookofsilence.com dalam bahasa Inggris. Cuplikan adegan film Senyap bisa dilihat pada http://vimeo.com/104394476 atau http://www.youtube.com/watch?v=jqLLhoIrp8E
(*)
Pewarta: Priyambodo RH
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014