Beirut (ANTARA News) - Serangan udara Suriah terhadap benteng kelompok milisi di Raqa, Sabtu, menewaskan 53 orang, kata sebuah kelompok pengawas, seperti dilaporkan AFP.
Kelompok itu memperbarui jumlah korban sebelumnya dan menambahkan bahwa setidaknya 31 korban yang tewas adalah warga sipil.
"Kami telah mendokumentasikan kematian 31 warga sipil, di antaranya lima wanita dan tiga anak-anak, di Raqa dan sekitarnya," kata direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia Rami Abdel Rahman.
Sebanyak 15 anggota milisi dikonfirmasi tewas dalam delapan serangan udara, beserta tujuh orang tak dikenal yang lainnya. Delapan korban sipil berasal dari satu keluarga, kata Abdel Rahman.
Serangan itu terjadi di tengah peningkatan kampanye rezim Presiden Bashar al-Assad yang menyasar posisi kelompok Negara Islam (IS) di utara dan timur Suriah.
Para penggiat mengatakan serangan udara tersebut sering membunuh banyak warga sipil serta anggota kelompok milisi.
Serangan serupa pada Selasa di provinsi timur Deir Ezzor menewaskan 16 orang, termasuk 10 anak-anak.
Target-target serangan pada hari Sabtu antara lain sebuah bangunan perumahan yang di dalamnya terdapat pengadilan Islam IS dan sebuah kamp pelatihan. Dua puluh empat orang tewas ketika sebuah toko kue diserang.
Kelompok Negara Islam pertama kali muncul dalam perang Suriah pada akhir musim semi 2013, ketika itu bernama Negara Islam Irak dan Levant (ISIL).
Itu merupakan kekerasan yang mengerikan, termasuk eksekusi publik yang hampir terjadi setiap hari, tetapi para penggiat mengatakan sebagian besar orang tetap diam karena takut akan pembalasan.
Dalam perkembangan terpisah, Observatorium mencatat peningkatan jumlah korban tewas dari sebuah serangan udara pada Jumat yang menargetkan wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah di Kota Aleppo di bagian utara sampai 15 orang.
Daerah pemberontak Aleppo telah dilanda bom udara besar-besaran sejak Desember yang menewaskan ratusan orang dan mendorong puluhan ribu mengungsi ke tempat yang aman.
Rezim telah terus meningkatkan serangannya meskipun Resolusi Dewan Keamanan PBB pada bulan Februari mengutuk serangan tersebut.
Dan di timur Damaskus, pasukan rezim yang didukung oleh pejuang Hizbullah Lebanon membuat kemajuan baru terhadap pasukan pemberontak dengan mengambil Desa Hteitet Jarash, kata Observatorium.
Desa itu berada di dekat Mleiha, mantan benteng pemberontak yang jatuh ke tangan pemerintah pada pertengahan Agustus setelah beberapa bulan pertempuran sengit dan pemboman hampir setiap hari.
Hteitet Jarash berada di area Ghouta Timur, yang telah dikepung tentara selama lebih dari setahun.
Perang Suriah dimulai pada Maret 2011 sebagai sebuah gerakan protes damai menuntut penggulingan Bashar, tetapi berubah menjadi perang brutal setelah rezim melakukan tindakan keras atas perbedaan pendapat.
PBB mengatakan setidaknya 191 ribu orang tewas dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun itu.
(Uu.G003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014