Brussel/Newport (ANTARA News) - Uni Eropa mengenakan sanksi-sanksi ekonomi baru bagi Rusia pada Jumat (5/9) tapi menyatakan mereka bisa menundanya jika Moskow menarik pasukan dari Ukraiba dan menaati kesepakatan gencatan senjata.

Para diplomat berharap sanksi itu, di antara yang lainnya, akan memukul perusahaan minyak Rusia, Rosneft dan unit dari Gazprom, meski perusahaan itu bukan satu-satunya pemasok ke Eropa.

Lebih lanjut 24 orang ditambahkan dalam daftar orang-orang yang dilarang masuk ke blok itu dan asetnya di Uni Eropa dibekukan.

"Para duta besar menyepakati satu paket sanksi terhadap perorangan dan sektor-sektor ekonomi Rusia," kata diplomat senior Uni Eropa yang terlibat dalam pembicaraan itu kepada kantor berita Reuters.

"Implementasinya diharapkan Senin. Gencatan senjata harus dilakukan supaya sanksi dicabut," katanya.

Sebelumnya para diplomat membicarakan kemungkinan penundaan sanksi sampai satu pekan untuk memberi waktu bagi Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukkan bahwa dia menyelesaikan konflik dengan Ukraina. Tapi tidak jadi dilakukan karena ketidaksabaran melihat kemenduaan Rusia dalam konflik Ukraina.

Mengonfirmasi kesepakatan itu harus dijalankan mulai Senin, para presiden Komisi Eropa, eksekutif Uni Eropa, dan Dewan Eropa yang mencakup 28 pemerintah menyatakan: "Ini akan memberikan Uni Eropa perangkat efektif, yang memungkinkan kita memberikan respons dalam rentang waktu pendek. Ini akan meningkatkan efektivitas tindakan yang sudah dilakukan."

Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso dan Presiden Dewan Eropa Herman Van Rompuy mengatakan: "Ini juga akan menegakkan prinsip bahwa sanksi Uni Eropa ditujukan untuk mempromosikan perubahan wacara dalam aksi Rusia di Ukraina."

Di sisi lain, pemerintah Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia menyepakati gencatan senjata pada Jumat dalam perundingan di Minsk, terobosan pertama dalam perang lima bulan itu.

Namun Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa kesepakatan itu tidak cukup untuk menghentikan sanksi bagi Moskow.

Merkel mengatakan dalam konferensi pers pertemuan NATO bahwa Uni Eropa harus memverifikasi apakah gencatan senjata telah dilakukan dan apakah pasukan Rusia sudah ditarik, dan apakah zona penyangga sudah terbentuk.

"Oleh karena itu sanksi-sanksi tersebut harus tetap diberlakukan, namun dengan syarat bahwa itu akan ditunda jika proses ini benar-benar berjalan," kata Merkel.

Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap Rusia setelah Moskow mencaplok semenanjung Krimea di Ukraina pada Maret dan memperketatnya sejak saat itu dengan menuduh Rusia mendukung gerakan separatis pro-Rusia di Ukraina timur.

Gelombang sanksi terbaru diumumkan setelah negara-negara Barat menyatakan mereka yakin Rusia mengirim pasukan darat ke Ukraina, membantu pemberontak, pekan lalu.

Para pemimpin Uni Eropa sepakat pada pertemuan 30 Agusts untuk menyiapkan satu set sanksi dalam sepekan dan para diplomat mengatakan 28 duta besar harus sudah bisa memahami perbedaan dalam naskah sanksi itu pada Jumat.

Naskah akhir lengkap dari kebijakan itu tidak akan dipublikasikan sampai pekan depan. Negara-negara sepakat memperketat larangan impor pada "barang bermanfaat ganda", barang-barang yang bisa digunakan untuk tujuan militer dan sipil--untuk mencakup puluhan perusahaan Rusia, bukan hanya perusahaan pertahanan.

Seorang diplomat Uni Eropa mengatakan setelah pertemuan Jumat bahwa unit perbankan Gazprom dan perusahaan minyaknya, Gazprom Neft, bisa menjadi subyek kekangan baru pada pembiayaan untuk perusahaan-perusahaan milik negara.

Guna menyulitkan Rusia membiayai proyek besar seperti konstruksi pipa gas dan jembatan utama, Uni Eropa juga menerapkan pelarangan bank ambil bagian dalam sindikasi pinjaman bagi perusahaan-perusahaan yang dikendalikan negara, satu jenis pembiayaan semacam patungan.

Selain itu larangan penjualan teknologi maju di sektor energi Rusia diperluas untuk memasukkan riset lanjutan untuk eksplorasi yang sulit. (*)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014