Sampit (ANTARA News) - Bandara Haji Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah tertutup kabut asap tebal beberapa pesawat batal mendarat.
Jarak pandang di landasan pacu kurang dari satu kilo meter akibat tertutup kabut asap, kondisi itu membahayakan keselamatan penerbangan, kata Kepala Bandara Haji Asan Sampit, Edison M Saragih di Sampit, Jumat.
Kabut asap yang menyelimuti landasan pacu bandara Haji Asan Sampit telah mengganggu penerbangan, bahkan pesawat ATR milik maskapai Kalstar Aviation dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) tujuan Sampit ditunda keberangkatannya.
Penundaan keberangkatan pesawat tersebut atas pertimbangan keselamatan penerbangan karena jarak pandang di landasan pacu bandara Haji Asan Sampit terganggu, yakni tidak sampai satu kilometer.
"Hingga pukul 08.00 WIB kondisi landasan pacu masih diselimuti kabut asap, sehingga tidak memungkinkan untuk pendaratan," katanya.
Pesawat yang tertunda keberangkatannya tersebut dijadwalkan kembali penerbangannya pada siang hari.
Kabut asap di landasan pacu bandara Haji Asan Sampit berangsur berkurang sejak pukul 09.00 WIB dan diharapkan penerbangan akan normal kembali.
"Kami tidak berani menjamin siang hari kondisi landasan pacu akan terbebas dari kabut asap, jika tetap diselimuti kabut asap maka tidak menutup kemungkinan bandara akan kami tutup untuk sementara waktu hingga kondisi membaik," ungkapnya.
Sementara Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni mengatakan, dalam tiga hari terakhir hotspot atau titik panas di wilayah Kabupaten Kotim terpantau ada sebanyak 41 titik.
"Wilayah bagian selatan Kabupaten Kotim paling rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan dan dari 41 titik panas yang terpantau, 31 titik diantaranya berada di wilayah selatan, yakni Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, dan Kecamatan Teluk Sampit," jelasnya.
Ia meminta kepada pemerintah daerah dan instansi terkait untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya kebakaran hutan dan lahan agar kabut asap tidak menebal.
Pewarta: Untung Setiawan
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014