Terhitung sejak tahun 1980-an hingga 2000-an, mungkin hanya beberapa penulis yang dikenal menulis novel di genre ini, sebut saja, S. Mara GD (tahun 1980-an) dan Windry Ramadina (tahun 2000-an).
"Ini genre yang enggak banyak dipilih penulis Indonesia. Kebanyakan akan memilih drama, namun bukan berarti saya katakan drama lebih gampang dibanding crime thriller," ujar sastrawan yang juga seorang jurnalis Leila S. Chudori dalam acara peluncuran novel terbaru karya Akmal Nasery Basral di Jakarta, Kamis.
Menurut Leila, untuk berkecimpung di genre ini, seorang penulis harus memiliki beberapa kemampuan khusus, seperti tekun, alurnya cepat, strategi perencanaan yang matang sejak awal untuk menghindari munculnya berbagai kelemahan-kelemahan dalam cerita.
"Yang jelas, crime-thriller membutuhkan beberapa skill yang membuat penulisnya tekun. Kalau ada beberapa kelemahan di beberapa titik, selesai sudah...Makanya butuh ketekunan dan strategi yang dipikirkan matang sejak awal, " katanya.
Leila mengungkapkan, sebuah karya dikatakan crime-thriller jika jalan ceritanya menceritakan sebuah tindak kriminal misalnya perampokan, peledakan, penculikan yang bisa saja berakhir pada pembunuhan, namun tak harus menyertakan kasus pembunuhan.
"Genre ini mengandung ketegangan tinggi dan mementingkan stimulasi pembaca/penonton untuk terus berada di tepi kursi atau menggenggam erat jantungnya agar tak rontok berantakan akibat ketegangan demi ketegangan di setiap kelokan cerita," ungkapnya.
Di tengah arus crime-thriller di Indonesia yang menurut Leila masih kering kerontang, baru-baru ini hadir novel karya Akmal Nasery Basral, "Rahasia Imperia", yang dapat dikategorikan crime-thriller.
Menurut dia, novel ke dua Akmal yang baru-baru ini dipublikasikan, memiliki plot menarik dengan berbagai tokoh-tokoh kosmopolit.
Namun, memang tak terlepas dari sejumlah kelemahan seperti terlalu banyak menjelaskan tentang sesuatu dan terlalu lama publikasinya terhitung publikasi novel pertama pada 2005.
"Rahasia Imperia" menurut saya crime-thriller, karena Akmal (penulis) memilih speed yang cepat, ada perubahan-perubahan dalam satu hari yang bisa terjadi...,itu biasanya mengejutkan," katanya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, sastrawan Ibnu Wahyudi berharap, kehadiran novel karya Akmal ini bisa memberi sumbangan bagi khazanah sastra di Indonesia.
"Crime-thriller di Indonesia masih sedikit kalaupun ada terlalu bekhotbah, terlalu banyak menjelaskan. Namun, kalau thriller ini masih dipertahankan Akmal, saya kira merupakan sumbangan bagi khazanah sastra...," katanya.(*)
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014