Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Syamsir Siregar, mememberikan sinyalemen bahwa ada kelompok kecil non-Islam dan non-Nasrani di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), yang terus berupaya melakukan teror. Usai mengikuti puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-78 di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Senin, Syamsir mengatakan, kelompok-kelompok kecil yang beraliran radikal tersebut ingin tetap melakukan aksi-aksi yang meresahkan masyarakat. Dikatakannya bahwa hingga saat ini mereka masih ada di Poso dan bersenjata, seperti menggunakan bahan peledak, dan salah satu buktinya adalah kasus penembakan seorang pendeta di Poso beberapa waktu lalu. Hal serupa juga disampaikan Gubernur Sulteng, Paliuju, yang turut hadir dalam kegiatan di kantor Wapres tersebut. Menurut dia, keberadaan senjata di kelompok-kelompok kecil pelaku teror itu diketahui secara jelas ketika dilakukan penyisiran polisi di mana saat itu terdengar pula tembakan balasan. "Jadi, memang ada senjata-senjata tersebut dan harapan kita pemerintah bisa membersihkan semuanya, karena untuk apa ada sipil yang pegang senjata," kata Paliuju. Ketika ditanya pers mengenai kelompok mana yang sebenarnya menjadi penebar teror, Paliuju mengatakan, pihaknya tidak tahu persis dari mana mereka, namun yang jelas mereka terus berupaya mempengaruhi masyarakat untuk bereaksi terhadap apa pun upaya yang dilakukan pemerintah. Mengenai Tim Pencari Fakta yang akan dibentuk untuk menyelidiki insiden berdarah di Poso, ia menegaskan, akan diupayakan pembentukan tim yang independen, dan nantinya akan beranggotakan perwakilan dari kepolisian, TNI, dan unsur masyarakat. Mengenai adanya permintaan penarikan pasukan Brigade Mobil Kepolisian Negara RI (Brimob Polri) yang saat ini di-Bawah Kendali Operasi (BKO) ke Poso, Paliuju menyatakan, berdasarkan hasil kesepakatan pada Minggu (29/10) malam perlu diciptakan keamanan bersama, yang artinya akan dilakukan pemulangan personel mereka secara berangsur-angsur. "Jadi, tak ada penambahan pasukan lagi di Poso," demikian Paliuju. (*) (Foto: Syamsir Siregar)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006