Jakarta (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla menegaskan di Poso tidak ada lagi konflik horisontal antara komunitas Islam dan Kristen dan yang tersisa hanya teror oleh sekelompok kecil masyarakat yang kini menjadi musuh bersama masyarakat setempat. "Di Sulteng tidak ada konflik lagi. Komunitas Islam dan Kristen sudah hidup bersama. Yang ada memang hanya teror oleh sekelompok kecil anggota masyarakat," kata Wapres kepada pers di Kantor Wapres, Jakarta, Senin. Tapi, Wapres melanjutkan para pelaku teror itu pun sudah banyak yang ditangkap aparat keamanan, sehingga dalam waktu singkat situasi keamanan bisa kembali normal. Wapres mengakui bahwa masih ada sisa-sisa sejarah konflik di Poso yang membuat aksi teror satu atau dua orang saja bisa segera menggemparkan Poso. Dalam kesempatan itu, Wapres mengungkapkan bahwa di antara elemen masyarakat setempat telah disepakati untuk membangun dialog dalam menyelesaikan berbagai masalah dan salah satu upayanya menghidupkan kembali Pokja-Pokja Malino. "Untuk teror ini, pasca perjanjian Malino menyepakati menjadi musuh bersama dan kita akan mencari bersama-sama pelakunya untuk diselesaikan secara hukum," ujar Wapres. Pada bagian lain keterangannya, Wapres juga menegaskan bahwa pemerintah akan membentuk tim pencari fakta (TPF) atas kasus bentrokan antara warga dengan polisi di Poso beberapa waktu lalu. TPF yang beranggotakan wakil Polri, TNI dan MUI setempat itu akan menelusuri siapa pihak yang paling bertanggungjawab dalam insiden berdarah di Poso tersebut. Sementara untuk mempercepat pemulihan kondisi sosial kemasyarakatan di Poso, kata Wapres, pemerintah siap menggerakkan perekonomian masyarakat melalui UKM-UKM dan dalam waktu dekat sejumlah menteri akan ditugaskan merealisasikannya. "Jangan sampai masyarakat tidak punya pekerjaan yang nantinya bisa memunculkan masalah-masalah baru," katanya. Mengenai desakan sebagian masyarakat agar BKO Brimob di Poso ditarik, Kalla mengatakan bahwa pengurangan personel kepolisian bisa dilakukan kapan saja apabila keamanan sudah pulih dan masyarakat merasa aman. "Kapan pun itu bisa dilakukan," demikian Kalla. (*)
Copyright © ANTARA 2006