Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan indeks dolar AS masih mencatatkan kenaikan terhadap rupiah menyusul ekspektasi pelaku pasar uang tentang outlook ekonomi AS yang semakin membaik sehingga membuka peluang Bank Sentral AS (the Fed) menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
"Penguatan dolar AS kelihatannya masih akan membayangi pergerakan mata uang domestik ke depannya, apalagi sentimen dari dalam negeri belum ada yang mendukung bagi mata uang rupiah," katanya.
Ia mengemukakan, data "non-farm payrolls" yang akan dirilis pada pekan ini diperkirakan masih sesuai ekspektasi. Selain itu, AS juga akan merilis data pesanan pabrik bulan Juli yang diperkirakan melonjak sekitar 10,9 persen.
"Hasil data AS yang sesuai ekspektasi bisa mendorong atau mempertahankan penguatan dolar AS lebih lanjut," katanya.
Sementara itu, ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono berharap kenaikan harga bahan bakar minyak subsidi segera terealisasi agar beban APBN tidak membesar. Jika defisit APBN membesar maka investor asing akan menganggap Indonesia tidak kredibel mengatur anggarannya.
"Diharapkan pengaturan APBN membaik sehingga akan dinilai positif oleh investor terutama asing, capital inflow dapat terjadi dan akhirnya akan menguatkan mata uang rupiah," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu, rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.781 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.734 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014