Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah 52 poin dari posisi terakhir kemarin menjadi Rp11.745 per dolar AS.
Analis pasar uang Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan fundamental ekonomi Indonesia yang masih dibayangi perlambatan pertumbuhan menyusul ekspektasi inflasi yang akan kembali tinggi karena ada rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan gas elpiji tabung 12 kilogram cukup membebani pergerakan nilai tukar rupiah.
"Naiknya hatga BBM dan gas elpiji akan membuat inflasi tinggi, kemungkinan pelaku pasar uang di dalam negeri merespons sentimen itu," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, data neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus 0,13 miliar dolar AS pada Juli tidak didukung dari kenaikan ekspor.
"Belum meningkatnya kinerja ekspor akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Selain itu, menurut Lukman Leong, investor masih menunggu susunan kabinet pemerintahan baru.
"Diharapkan setelah diumumkannya kabinet baru nanti, pelaku pasar uang akan menyambut positif," ucapnya.
Kendati demikian, ia mengatakan, rentang pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih cukup stabil menyusul aliran dana asing yang masuk ke Indonesia dalam beberapa hari terakhir cukup mampu menopang nilai mata uang domestik.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014