Jakarta, 2/9 (ANTARA) -- Sektor perikanan perairan umum mempunyai kontribusi yang sangat besar dan menjadi andalan bagi ketahanan pangan dunia. Dimana, Indonesia menjadi negara pemasok produk perikanan perairan umum terbesar ketiga di Asia Tenggara setelah Myanmar dan Kamboja. Total produksi perikanan perairan umum Indonesia pada tahun 2013 mencapai 404,58 ribu Ton. Perikanan perairan umum secara regional juga memiliki peranan sangat penting, khususnya dalam mendukung ketahanan pangan dan mata pencaharian bagi masyarakat yang hidup di kawasan ASEAN. Menyadari hal itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengelolaan dan pemanfaatan perairan umum secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja, usai membuka acara International Conference on Inland Capture Fisheries (ICICF) di Palembang, Selasa (2/9).
Sebagai bentuk keseriusan dalam mengelola perairan umum berkelanjutan di lingkup regional, pemerintah Indonesia telah mengusulkan untuk membentuk sebuah pusat pengembangan perikanan perairan umum di kawasan ASEAN. Pusat pengembangan tersebut bernama Inland Fishery Resources Development and Management Department (IFRDMD) dan merupakan bagian dari Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC). Usulan Indonesia ini mendapat dukungan besar dari seluruh negara anggota ASEAN dan juga SEAFDEC dalam Pertemuan ke-14 Fisheries Consultative Group of the ASEAN-SEAFDEC Strategic Partnership (FCG/ASSP) pada November 2011. Selain itu juga mendapat persetujuan pada Pertemuan ke 44 SEAFDEC Council pada April 2012.
Menurut Sjarief, IFRDMD berperan sebagai sebuah pusat pengembangan yang bertujuan untuk membantu negara anggota SEAFDEC dalam mengelola sumber daya perikanan perairan umum di kawasan ASEAN secara berkelanjutan. Diantaranya, menyediakan sebuah forum regional untuk melakukan konsultasi dan kerja sama, basis ilmiah dan pedoman pengelolaan yang tepat, rekomendasi pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum, serta publikasi, diseminasi dan pertukaran informasi.
Sjarief menjelaskan, saat ini luas perairan umum Indonesia mencapai 54 juta ha. Luasan tesebut terdiri dari 12 juta ha perairan sungai dan paparan banjirnya dan 39 juta ha perairan rawa. Sedangkan 2 juta ha merupakan perairan danau dan badan air lainya. Sebagai negara yang disebut "mega biodiversity country", perairan umum Indonesia kaya akan biota dan hingga saat ini tercatat kurang lebih 1.200 jenis ikan, dimana 210 jenis diantaranya tersimpan sebagai awetan basah di Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang, 200 jenis udang dan kepiting, 315 jenis moluska, 200 jenis spesies amfibia, 100 jenis reptilia dan sebagainya. "Berdasarkan data ini, pengelolaan perairan umum Indonesia berbasis ilmu pengetahuan menjadi sangat penting dikemukakan secara internasional", jelasnya.
Perairan umum Indonesia juga telah berperan besar dalam menyediakan sumberdaya perikanan, baik untuk kegiatan tangkap maupun budidaya. Bahkan kekayaan keragaman jenisnya berperan besar dalam mendukung ketahanan pangan maupun bisnis ikan hias. Setiap tahun, potensi ikan yang dipanen dari perairan umum dapat mencapai 1 juta ton, namun yang dieksploitasi baru sekitar 50%. Perairan umum juga telah menyediakan sumber kehidupan bagi lebih dari 1 juta penduduk yang berada di sekitar perairan. "Sekali lagi, ini menggambarkan betapa pentingnya peranan perairan umum dalam mencapai sasaran pembangunan perikanan melalui 3 pendekatan yaitu "pro poor, pro job dan pro growth", tegas Sjarief.
Sebagai sumber keanekaragaman hayati, perairan umum Indonesia kaya akan jenis ikan dan sumber daya hayati lainnya. Kerentanan ekosistem perairan umum dan spesies yang menghuninya telah terjadi di sebagian besar daerah aliran sungai. Sumber daya tersebut telah mendapat berbagai tekanan dari berbagai kegiatan pembangunan, seperti pengambilan air untuk keperluan domestik, pemanfaatan pertanian dan industri. Selain itu, pencemaran organik dan anorganik, penangkapan ikan, introduksi spesies dari luar dan kerusakan habitat semakin mengancam kelestarian sumberdaya hayati perairan. "Berbagai tekanan terhadap perairan umum tersebut akan terus berlanjut mempengaruhi seluruh kehidupan di perairan umum", ujar Sjarief.
Padahal, lanjut Sjarief, perairan umum merupakan sumber ekonomi kerakyatan yang menghidupi lebih dari 400.000 keluarga nelayan dan pembudidaya ikan di Indonesia. Sehingga rusak dan musnahnya sumber daya perikanan hanya akan memiskinkan dan menyengsarakan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan tersebut. "Berkaca dari hal itu, kami menghimbau para stakeholders yakni masyarakat, pemerintah daerah dan instansi terkait untuk terus meningkatkan kepeduliannya dalam memelihara dan menyelamatkan kelestarian keanekaragaman hayati perairan umum, serta memanfaatkannya secara berkesinambungan",tandasnya
Dalam kesempatan tersebut, Sjarief juga mengapresiasi proses inagurasi pembentukan SEAFDEC IFRDMD sebagai peristiwa yang bermakna. "Terkait hal ini, Saya sangat berharap bahwa dengan pendirian IFRDMD, semua kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi di kawasan ASEAN, utamanya yang terkait dengan tanggung jawab untuk melestarikan dan mengelola sumber daya perikanan perairan umum untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, dapat diatasi dengan lebih efektif", tutupnya.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Lilly Aprilya Pregiwati , Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Telp. 021-3520350)
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2014