Sidoarjo (ANTARA News) - Aktivitas pengeboran untuk melakukan penyumbatan semburan lumpur panas dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. melalui sistem "pengeboran samping" (relief well) di lokasi satu dan dua bakal ditentukan sukses atau kegagalannya pada 20 Desember 2006. Meski tingkat keberhasilan pengeboran samping ini hanya sekitar 10 persen, sistem pengeboran hingga kedalaman 9.000 kaki itu diharapkan mampu menyumbat semburan lumpur yang sudah berlangsung sejak 29 Mei 2006 tersebut, kata Ketua Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur, Basuki Hadi Mulyono, di Sidoarjo, Minggu.Ia mengemukakan, kedua (relief well) yang terpasang di Desa Renokenongo dan Kelurahan Jatirejo terus dilakukan proses pengeborannya. "Kami tetap berharap, agar upaya penyumbatan tanggal 20 Desember nanti membawa hasil. Meski, upaya yang dilakukan dengan teknis penyumbatan miring ini, keberberhasilannya hanya berkisar sepuluh persen," katanya.Namun demikian, ia juga mengemukakan, pasrah bilamana upaya penyemprotan lumpur panas yang dilakukan melalui sistem (relief well) nantinya tidak membawa hasil."Kalau nanti upaya penyemprotan lumpur berat tidak membawa hasil, maka semburan lumpur tidak bisa dihentikan," katanya. Bila penyumbatan ini tidak membawa hasil, menurut dia, maka Tim Nasional hanya melakukan upaya pengaliran semburan lumpur ke Kali/Sungai Porong melalui cara spill way, sehingga semburan lumpur tidak mengganggu dan mengancam keselamatan warga di sekitar tanggul penahan lumpur di delapan desa."Kalau memang nantinya gagal, upaya yang kami lakukan hanya untuk memindahkan luberan lumpur ke Sungai Porong," katanya.Sementara itu, ia mengemukakan, upaya pembuangan lumpur melalui spill way, yang dilakukan tiga hari lalu, ternyata pada Sabtu (28/10) kembali terganggu, karena pipa penyedot lumpur yang dipasang di kolam penampungan lumpur seringkali tersumbat sampah dari bekas puluhan perusahaan dan ribuan rumah warga yang tenggelam.Saat luapan lumpur terjadi, Basuki menambahkan, tercatat ada 23 perusahaan tidak mampu menyelamatkan aset miliknya dan ribuan rumah juga tidak lagi mampu tertolong, sehingga kemungkinan sampah dari berbagai perabotan atau alat pabrik membuat penyumbat saat luberan lumpur disedot untuk dibuang ke sungai Porong. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006