Benghazi (ANTARA News) - Pemerintah sementara Libya mengaku telah kehilangan kendali atas kantor pemerintahannya di Tripoli Senin waktu setempat yang jatuh ke tangan tentara militan.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abdullah al-Thani, yang telah mengundurkan diri pekan sebelumnya dan mencari perlindungan di timur negara itu, mengatakan kelompok bersenjata mencegah para pekerja pemerintah untuk masuk kantor.
"Kementerian dan kantor negara di Tripoli telah diduduki oleh militan bersenjata yang mencegah pekerja pemerintah saat akan masuk kantor dan mengancam atasan-atasan mereka," demikian pernyataan resmi pemerintah sementara Libya Minggu malam waktu setempat.
Pernyataan resmi itu menyebutkan pemerintahan sementara telah melakukan kontak dengan para pejabat dan "mencoba memastikan keberlanjutan layanan dari jarak jauh."
Libya telah terjerembap dalam kekacauan sejak Moamar Kadhafi dijatuhkan dari kekuasaan dan dibunuh pada 2011. Sedangkan otoritas sementara terlibat konfrontasi dengan para militan bersenjata yang berjuang untuk menggulingkan dikator veteran.
Pemerintah sementara pada pekan terakhir Agustus mengumumkan telah menawarkan pengunduran diri kepada parlemen terpilih sehari setelah administrasi Islam pesaing dibentuk.
Parlemen terpilih itu juga melakukan tugas-tugas mereka di luar timur Libya karena alasan keamanan.
Di sisi lain, sebuah badan pesaing parlemen atau Kongres Nasional Umum menunjuk tokoh pro-Islamis Omar al-Hassi untuk membentuk sebuah "pemerintah penyelamat" pada pekan terakhir Agustus.
Otoritas sementara telah terus kehilangan kekuasaan wilayah dari para militan dan gerakan Fajr Libya dengan mayoritas aliansi Islam yang telah mengambil alih bandara Tripoli setelah beberapa pekan terlibat pertempuran dengan gerakan nasionalis.
Pada Minggu (31/8), para milisi Islam pindah ke kompleks kedutaan AS yang telah ditinggalkan pada akhir Juli, demikian AFP melaporkan.
(I026//H-AK)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014