... kami juga melihat kemungkinan risiko-risiko yang bisa membawa tekanan inflasi ke depan... "

Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mengisyaratkan akan terus menahan suku bunga acuan (BI rate) kendati laju inflasi sepanjang 2014 menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Kami selalu akan melihat stance (sikap) kebijakan moneter dari berbagai indikator makro ekonomi," kata Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, usai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, di Jakarta, Senin.

Laju inflasi dari Januari-Agustus 2014 sebesar 3,42 persen (year to date). Hingga akhir 2014, Warjiyo yakin inflasi akan berada di kisaran target BI, yakni 5,1-5,5 persen.

"Tetapi ke depan, kami masih melihat ada risiko-risiko kemungkinan tekanan inflasi, baik kenaikan inflasi menjelang akhir 2014, maupun kenaikan di 2015," ujar dia.

Dia menilai, potensi kenaikan inflasi ke depan akan dipengaruhi oleh risiko kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Meskipun kita senang dengan inflasi yang terkendali, tetapi kami juga melihat kemungkinan risiko-risiko yang bisa membawa tekanan inflasi ke depan," katanya.

Defisit neraca transaksi berjalan juga masih menjadi faktor yang dapat menekan perekonomian di Tanah Air. Pada Kuartal III-2014 defisit neraca transaski berjalan diprediksi mencapai 8 miliar dolar Amerika Serikat.

"Triwulan keempat akan turun kembali, tetapi secara keseluruhan di 2014 diperkirakan 27 miliar dolar AS atau 3,2 persen (dari PDB). Ini harus diupayakan agar tahun depan bisa di bawah 3 persen dari PDB," ujar dia.

Selain itu, lanjut Warjiyo, kebijakan suku bunga bank sentrak juga akan mempertimbangkan normalisasi kebijakan The Fed yang berencana menaikkan suku bunga pada 2015.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014