"Kita sudah tetapkan bahwa mesin pertumbuhan baru Telkom adalah broadband dan ekspansi internasional, kita tengah due diligence untuk mengakuisisi 27 persen saham milik Telecom NZ," kata Direktur Utama Telkom Arief Yahya, Senin.
Menurut Arief, perseroan membidik saham Telecom NZ karena sejalan dengan strategi untuk menjadi pemain global.
Ia mengatakan, saham yang dibidik nantinya yang berasal dari private equity. Sumber pendanaan untuk akuisisi akan berasal dari dana internal dan eksternal.
"Nilai transaksi belum bisa diungkap karena masih proses due diligence. Tapi kami memiliki aktiva lancar sekitar Rp40 triliun," ujarnya.
Ia menambahkan, akuisisi dilakukan karena Telkom harus melakukan investasi di negara yang dekat dengan budaya barat seperti Selandia Baru dan termasuk Australian. Alasan lain adalah kemampuan Telkomsel, anak usaha Telkom menjaga rasio Earning Before Interest Depreciation Amortization (EBITDA) Margin di kisaran 55 persen di tengah tekanan kompetisi.
"Telkomsel bisa menjaga efisiensi dengan Average Revenue Per User (ARPU) sekitar tiga dolar AS. Bayangkan kalau best practice Telkomsel itu dibawa ke Telecom dimana Selandia Baru itu ARPU masih sekitar 50 dolar AS untuk layanan data dan 15 dolar AS untuk suara," ujar Arief.
Ia mengatakan, jika Telkom berhasil mengakuisisi saham dari operator Selandia Baru yang juga dikenal dengan nama Spark tersebut maka kekuatan dari Telkom Grup akan lebih maksimal.
Menurut situs resmi Telecom New Zealand, operator itu pada 8 Agustus 2014 telah memperkenalkan merek baru, Spark.
Pada tahun fiskal 2014 atau periode yang berakhir Juni 2014, Spark memiliki sekitar dua juta pelanggan seluler dan 669.000 pengguna broadband.
Spark tahun ini akan memaksimalkan frekuensi 700 MHz dengan nilai investasi sekitra 158 juta dolar AS.
Pada periode yang berakhir Juni 2014 pendapatan dari Spark sekitar 3.638 miliar dolar AS atau turun 2,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 3.735 miliar dolar AS, dengan keuntungan sekitar 460 juta dolar AS naik 93,3 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Sejumlah analis memprediksi aksi akuisisi Telecom New Zealand oleh Telkom bisa menjadi katalis baru bagi saham operator "pelat merah" itu.
Performa saham Telkom pada semester I 2014 sejauh ini mencatat hasil yang memuaskan pada level Rp2.785 per lembar saham, naik 48 persen dibandingkan harga saham pada akhir tahun 2012.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014