"Kuliah umum tentang geothermal atau energi panas bumi masuk kampus juga bertujuan untuk mengenalkan sumber energi terbarukan itu kepada mahasiswa Unand," kata Rektor Unand Werry Darta Taifur, di Padang.
Dia mengatakan kegiatan yang memiliki nama resmi "Geothermal Goes to Campus" ini merupakan program dari Kementerian ESDM dalam hal ini dirjen bidang Panas Bumi.
Pada kegiatan ini sebutnya, beberapa instansi dan pihak yang berkecimpung dalam pengembangan energi panas bumi ini ikut serta melakukan sosialisasi dan pengenalan mendalam tentang sumber daya baru tersebut.
Beberapa instansi tersebut antara lain Dirjen Energi Panas Bumi RI, Asosiasi Panas Bumi, Supreme Energy, Halliburton dan Pertamina.
Kesemua instansi tersebut secara berbeda mengemukakan beberapa pandangan dan rencana program untuk mengembangkan energi yang berpotensi mengganti minyak bumi dan batu bara itu, imbuhnya.
"Sementara bagi Unand ini dijadikan sebagai salah satu upaya penelaahan untuk persiapan pembukaan program studi baru tentang panas bumi ini," kata dia.
Dia menyebutkan bahwa Unand rencananya akan membuka prodi Geofisika yang salah satunya mengkaji tentang energi panas bumi pada beberapa tahun mendatang.
Pembukaan Prodi Geofisika ini penting mengingat besarnya Sumber daya panas Bumi di Sumatera Barat.
Untuk itu dengan adanya prodi ini, diharapkan akan lahir banyak ahli energi panas bumi yang siap menangani dan meneliti di beberapa sumurnya.
Meskipun begitu katanya, hal ini masih sulit diwujudkan mengingat masih kurangnya persyaratan untuk membuka prodi baru.
Seperti kekurangan dosen yang telah memiliki sertifikat karya ilmiah Internasional (indeks scopus).
Disamping itu terkait prasarana alat dan laboratorium yang masih harus diimpor dari luar negeri.
Akan tetapi, Werry mengatakan yakin Prodi Geofisika akan segera berdiri di Unand.
Karena saat ini telah banyak pakar di Unand yang mulai melakukan penelitian tentang energi panas bumi ini baik nasional maupun internasional, ujar Werry.
Sementara itu Direktur Energi Panas Bumi Kementerian ESDM Tisnaldi mengatakan bahwa saat ini ada 11 titik energi panas bumi di Sumbar.
Beberapa wilayah tersebut antara lain di Kabupaten Solok Selatan, Bonjol Pasaman, Solok, dan Kerinci.
Apabila dilakukan analisis diperkirakan panas bumi tersebut dapat menghasilkan energi 1640 Megawatt.
Jumlah ini tentunya cukup besar untuk menanggulangi kekurangan pasokan energi di Sumbar.
Namun begitu katanya, pada beberapa lokasi tersebut belum dilakukan pengeboran.
Hal ini disebabkan biaya untuk melakukan pengeboran cukup besar hingga mencapai lebih 6 juta dollar.
Selain itu resiko kegagalannya cukup besar, untuk itu diperlukan lagi penelitian mendalam dan persiapan sumber daya yang memadai.
Meskipun begitu, kata Tisnaldi, Kementerian ESDM akan tetap konsisten untuk mengupayakan penggunaan panas bumi sebagai energi alternatif.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014