Nusa Dua (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Iyad Ameen Madani, mengapresiasi Indonesia sebagai contoh negara yang menunjukkan demokrasi, Islam, dan modernitas dapat berjalan secara selaras dan serasi, di tengah-tengah munculnya radikalitas di kawasan.
"Sekjen OKI menilai bahwa Indonesia bisa menjadi model bagi negara-negara OKI lainnya, betapa Indonesia mampu menunjukkan sosok Islam yang moderen dan menjadi bagian dari solusi," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Ia menyampaikan hal itu seusai mendampingi Presiden Yudhoyono menerima Sekjen OKI di sela-sela Pertemuan ke-6 Forum Global Aliansi Peradaban PBB (UNAOC).
Menlu mengatakan Sekjen OKI menilai Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara di dunia tentang keselarasan Islam, demokrasi dan moderenisasi. Terutama, di saat masalah sektarianisme menjadi isu serius di kawasan dengan munculnya ancaman kelompok-kelompok seperti ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) dan Boko Haram di Nigeria yang tidak mencerminkan karakter umat Islam secara keseluruhan.
Negara-negara OKI, kata Menlu, harus bahu--membahu menjelaskan ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya.
Dalam pertemuan antara kedua tokoh itu, tambah Menlu, dibahas pula agenda kerja sama di bidang pendidikan dan hak asasi manusia (HAM). Untuk bidang pendidikan, kata Menlu, dibicarakan peningkatan kapasitas, termasuk pemberian beasiswa dari dan bagi negara-negara anggota OKI.
Sementara itu untuk isu HAM, kata Menlu, OKI berharap Indonesia dapat terus berperan pada penguatan Komisi HAM.
"Sekjen OKI berharap, Indonesia bisa terus berperan pada penguatan komisi HAM, khususnya peran wanita di negara-negara OKI, mengingat memang ada berbagai bentuk tantangan kaum perempuan di negara-negara OKI," jelasnya.
Presiden Yudhoyono dan Sekjen OKI, kata Menlu, juga membahas mengenai keperluan agar Indonesia terus berperan di Myanmar terutama terkait etnis Rohingya.
Seusai melakukan pertemuan dengan Sekjen OKI, Presiden Yudhoyono kemudian menerima kunjungan kehormatan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop. (*)
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014