Ankara (ANTARA News) - Recep Tayyip Erdogan akan disumpah sebagai Presiden baru Turki untuk memperpanjang dominasinya selama lebih dari satu dekade di negara itu, dan akan meninggalkan jabatan sebagai Perdana Menteri Turki


Erdogan akan menyatakan sumpah sebagai presiden di Ankara pada pukul 11.00 GMT (18.00 WIB) dan membawa era baru bagi Turki. Ia diperkirakan akan mendorong terciptanya konstitusi baru serta berupaya untuk melakukan perubahan lebih jauh di negaranya melalui proyek-proyek pembangunan.


Menteri Luar Negeri, Ahmet Davutoglu, akan yang menggantikan Erdogan sebagai perdana menteri.
Davutoglu adalah sekutu lama Erdogan yang diperkirakan tidak akan terlalu memberikan tantangan kepada sosok nomor satu Turki.

Para kepala negara dari kawasan Eropa Timur, Afrika, Asia Tengah serta Timur Tengah akan menghadiri upacara pengambilan sumpah.

Menurut kantor berita Anatolia, Presiden Ukraina Petr Proschenko, akan berada di antara para pemimpin yang hadir pada upacara tersebut. Kemudian Menteri Luar Negeri Armenia, Edward Nalbandian, yang negaranya tidak memiliki hubungan diplomatik dengan tetangga raksasanya itu, diperkirakan akan hadir dalam upacara.


Namun, para pemimpim negara-negara utama Barat, tidak akan hadir, diduga sebagai pertanda kecurigaan terhadap Erdogan. Ia selama ini dituduh memiliki kecenderungan bersikap otoriter.

Untuk upacara pengambilan sumpah Erdogan, Amerika Serikat hanya mengirimkan kuasa usahanya yang berada di Ankara.

Erdogan, yang menjadi perdana menteri pada 2003, memenangi pemilihan presiden pada 10 Agustus dengan mengalahkan oposisi lemah, yang menuduhnya memiliki kecenderungan melakukan Islamisasi.

Selama masa jabatannya sebagai presiden selama lima tahun, Erdogan akan memimpin Turki dalam masa yang lebih lama dibandingkan pendiri modern negara itu, Mustafa Kemal Ataturk, yang membentuk republik dari pecahan Kerajaan Ottoman.

(T008)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014