Dominasi Jawa khususnya wilayah Pantura, menjadikan wilayah ini tulang punggung ekonomi Indonesia,"

Semarang (ANTARA News) - Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menyatakan bahwa dominasi wilayah Jawa terutama di jalur Pantai Utara (Pantura), menjadikan wilayah tersebut sebagai jalur utama perdagangan di Indonesia.

"Dominasi Jawa khususnya wilayah Pantura, menjadikan wilayah ini tulang punggung ekonomi Indonesia," kata Bambang dalam diskusi mengenai jalur rel ganda di Semarang, Rabu.

Pantura yang disebut sebagai tulang punggung ekonomi tersebut, memiliki arus lalu perdagangan dengan total nilai ekonomi pada 2011 mencapai Rp1.963 triliun.

"Nilai itu turut menyumbang 26,5 persen dari total PDB Indonesia pada 2011," ujar Bambang.

Selain itu, Bambang juga menambahkan bahwa potensi ekspor yang dimiliki wilayah jalur Pantura mencapai 38,5 persen dari total expor Indonesia.

"Kalau diproyeksi hingga tiga tahun ke depan, pertumbuhannya kira-kira akan menjadi empat kali lipat dari yang saat ini," kata Bambang.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia yang disokong dari wilayah jalur Pantura, akan mengalami peningkatan yang lebih signifikan bika didukung dengan fasilitas transportasi yang memadai.

"Keberadaan rel ganda di jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) sejak Juni 2014 lalu meningkatkan efisiensi waktu, kapasitas dan frekuensi lintas kereta api di jalur Jakarta menuju Surabaya," kata Bambang.

Dengan jalur rel ganda, Bambang menjelaskan bahwa rute yang semula harus ditempuh dalam waktu normal 11 hingga 12 jam tersebut, kini menjadi 8,5 jam.

Hal ini kemudian menjadikan frekuensi lalu lintas kereta api, khususnya di wilayah Jawa naik 50 persen menjadi 96 perjalanan per hari dari semula 64 perjalanan per hari.

"Jadi, dapat dibayangkan apabila peningkatan tersebut dapat diarahkan untuk mendorong sektor-sektor unggulan di daerah-daerah yang dilalui," ujar Bambang.

Bambang menambahkan bahwa rel ganda ini secara otomatis mampu mempercepat distribusi barang dan tentu saja menarik para investor.(*)

Pewarta: Maria Rosari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014