Di tengah minimnya kepastian sentimen membuat dolar AS cenderung mengalami kenaikan sehingga laju rupiah sulit untuk keluar dari area negatif

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 10 poin menjadi Rp11.691 dibandingkan sebelumnya Rp11.681 per dolar AS.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa pelaku pasar sedang mengantisipasi pertemuan antara Presiden Rusia dan Ukraina terkait konflik geopolitik di wilayah itu sehingga pelaku pasar cenderung memilih posisi mata uang aman salah satunya dolar AS.

"Di tengah minimnya kepastian sentimen membuat dolar AS cenderung mengalami kenaikan sehingga laju rupiah sulit untuk keluar dari area negatif," ujarnya.

Menurut dia, belum adanya sentimen positif membuat laju rupiah masih berpeluang melanjutkan pelemahannya namun, diharapkan pelemahannya masih terbatas.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa indeks dolar AS cenderung mengalami penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Sentimen positif bagi dolar AS semakin menguat pasca rapat bank sentral di Jackson Hole," katanya.

Ia mengemukakan dalam rapat tersebut beberapa pernyataan bank sentral memperkuat nilai tukar dollar AS, di antaranya pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen bahwa kenaikan suku bunga AS bisa datang lebih cepat dari perkiraan bila kondisi pasar tenaga kerja membaik lebih cepat dari perkiraan.

"Pengetatan kebijakan moneter AS berbanding terbalik dengan kebijakan negara maju yang lain seperti negara-negara di kawasan Eropa, Jepang, Inggris, Kanada, Australia yang masih mempertahankan pelonggaran moneternya. Itu akan menambah kekuatan nilai tukar dolar AS," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014