Dili (ANTARA News) - Bandara internasional Timor Leste, Kamis dibuka kembali setelah ditutup selama sehari, menyusul kerusuhan berdarah antar-geng yang menewaskan empat orang. "Bandara itu telah dibuka kembali pagi (Kamis) ini. Telah ada satu pesawat dari Darwin yang mendarat," kata seorang karyawan bandara yang menyebut namanya sebagai Manuel. Perkelahian meletus di sebuah kamp pengungsi dekat Bandara Internasional Nicolau Lobato, Dili, Kamis petang dan berlanjut Rabu pagi, menyebabkan dua warga Timor Leste tewas, kata komisaris polisi PBB Antero Lopez, Rabu. Pada hari Kamis, Menlu Australia Alexander Downer mengatakan empat orang tewas dalam kerusuhan itu. "Informasi yang kami terima tidak hanya itu tapi kemungkinan dua lainnya tewas," kata Downer kepada radio Ausralia ABC (Australian Broadcasting Corporation). PM Jose Ramos Horta, yang sedang mengunjungi Vatikan, dalam sebuah pernyataan mengatakan kerusuhan itu, yang ia tuduh dilakukan "satu geng penjahat biasa" menimbulkan "kecemasan, kekecewaan dan kesedihan dan dukacita mendalam"-nya. "Saya kecewa dan sedih karena kita kembali menyaksikan rakyat kita saling berperang yang mengakibatkan jatuhnya korban yang tidak ada gunanya," kata Horta, seperti dilaporkan AFP. "Kendatipun kemunduran sekarang ini, saya percaya keadaan normal akan segera kembali pulih, karena semangat yang berani rakyat kita. Saya mengimbau semua kelompok penduduk kita agar sadar bahwa perdamaian harus ditegakkan dan semua pihak harus menjaga komitmennya terhadap itu." Aksi kekerasan di dekat sebuah kamp pengungsi terkait dengan sejumlah korban tewas lainnya yang terjadi dalam perkelahian antar geng dalam beberapa hari lalu, kata penduduk. Dili dilanda aksi kekerasan sporadis selama beberapa bulan, kendatipun kedatangan pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia Mei lalu untuk membantu menstabilkan Timor Leste karena negara itu dilanda kekacauan dan aksi kekerasan antar faksi-faksi pasukan keamanan. Menurut PBB, kerusuhan April dan Mei lalu menewakan sekitar 37 orang. Downer mengatakan pasukan perdamaian PBB telah disiagakan sejak sebuah laporan PBB mengenai meletusnya aksi kekeerasan awal tahun ini dikeluarkan pekan lalu, menyebut nama pejabat senior keamanan dan personil pasukan keamanan yang menurutnya harus diperiksa lebih lanjut atau diadili. "Apakah ini menyangkut dengan laporan PBB itu atau apakah tidak, kami tidak dapat memastikan 100 persen tentang itu dan ini masih diselidiki," katanya. Berita tentang aksi kekerasan terbaru itu memicu Canberra memperingatkan warga Australia agar mempertimbangkan kembali pergi ke Timor Leste, karena mengkhawatirkan mereka dapat menjadi sasaran geng-geng yang melakukan kerusuhan. (*)
Copyright © ANTARA 2006