Mata uang rupiah naik, diharapkan konflik geopolitik di Ukraina itu segera mereda

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore menguat sebesar 26 poin menjadi Rp11.681 dibandingkan sebelumnya Rp11.707 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa faktor eksternal terkait Presiden Rusia dan Ukraina yang mengadakan pertemuan membuat pasar uang di negara berkembang menguat, termasuk di Indonesia.

"Mata uang rupiah naik, diharapkan konflik geopolitik di Ukraina itu segera mereda," katanya.

Ia menambahkan bahwa dolar AS juga mungkin mendapatkan sentimen negatif dari rilis data penjualan rumah baru AS yang di bawah prediksi pasar.

Sementara itu, Pengamat Pasar Uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa faktor teknikal mendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS setelah mengalami tekanan pada awal pekan (Senin, 25/8).

Namun, lanjut dia, penguatan mata uang rupiah masih rentan terkoreksi dikarenakan tidak didukung oleh sentimen fundamental di dalam negeri.

"Faktor penggerak rupiah masih minim sehingga bergerak di kisaran terbatas," katanya.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.715 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.714 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014