Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Gatot Abdullah Mansyur, mengatakan Jepang meningkatkan kuota perawat untuk Indonesia.
"Perawat Indonesia di Jepang terbukti mampu bersaing dengan perawat dari negara lain seperti Filipina, dari sisi keterampilan dan pelayanan kepaa pasien. Pengguna rumah sakit dan lansia sering mengatakan perawat Indonesia baik hati," ujar Gatot dalam pembukaan wawancara calon perawat dan "careworker" ke Jepang, Selasa.
Kuota perawat Indonesia di Jepang pada 2014 hanya 187 perawat per tahun. Namun pada 2015, kuota itu ditingkat menjadi 348 perawat baik yang akan bekerja di rumah sakit dan panti lansia.
"Untuk itu, perawat Indonesia harus meningkatkan kompetensi. Kualitas pekerjaan harus benar-benar dijaga, karena Jepang merupakan negara yan mementingkan kualitas. Itu yang saya selalu tanamkan kepada para calon TKI," tambah dia.
Gatot menambahkan perawat Indonesia sangat disukai di Jepang, karena dinilai mempunyai sikap yang sopan, ramah, dan ulet.
"Mereka (orang Jepang-red) suka sama kita. Makanya kuota perawat ditingkatkan," jelas dia.
Indonesia telah menempatkan perawatnya di Jepang sejak 2008. Jumlah perawat yang sudah ditempatkan sebanyak 1.235 perawat, yang terdiri dari 481 perawat rumah sakit dan 754 perawat lansia.
"Diperkirakan pada 2020 dibutuhkan satu juta perawat dan perawat lansia. Peluang kesempatan kerja ini harus diraih oleh calon TKI dengan menyiapkan keterampilan teknis dan kemampuan berkomunikasi Bahasa Jepang," imbuhnya.
Perawat asal Indonesia di Jepang bersaing dengan perawat asal Filipina, India, Vietnam, dan lainnya. Perawat Indonesia di Jepang mendapat gaji sekitar Rp12--20 juta per bulannya.
Perawat yang sudah bekerja di Jepang bisa mengikuti ujian nasional. Jika lulus ujian nasional, maka berhak bekerja selamanya di Jepang.
Pewarta: Indriani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014