New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Senin (Selasa pagi WIB), dan menguat terhadap euro karena perbedaan kebijakan antara Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa (ECB).
Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunganya pada 2015, sementara Bank Sentral Eropa akan memperluas langkah-langkah pelonggaran moneternya.
Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen pada pertemuan ekonomi tahunan yang diadakan di Jackson Hole, Wyoming, Jumat, mengatakan bahwa perekonomian Amerika semakin dekat dengan tujuan Fed, penekanan bank sentral adalah "pergeseran alami" ke pertanyaan tentang "dalam kondisi apa kita harus mulai memutar kembali akomodasi yang luar biasa kami."
Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi pada Jumat mengatakan bahwa ECB bersedia untuk mendorong kebijakan moneter yang lebih akomodatif karena benua itu sedang menderita ekonomi stagnan.
Kurs euro/dolar AS merosot ke terendah 11-bulan di perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, naik ke tingkat tertinggi pada 2014.
Data ekonomi yang lemah dari zona euro memberikan tekanan tambahan pada euro. Indeks iklim bisnis Ifo Jerman, berdasarkan survei bulanan terhadap sekitar 7.000 perusahaan, turun menjadi 106,3 pada Agustus dari 108 dari bulan sebelumnya.
Selain itu, konflik antara Ukraina dan Rusia serta sanksi terhadap Rusia yang diluncurkan oleh Uni Eropa juga diyakini merusak ekonomi di zona euro.
Pada akhir perdagangan New York, euro jatuh menjadi 1,3193 dolar dari 1,3241 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,6580 dolar dari 1,6577 dolar. Dolar Australia merosot ke 0,9297 dolar dari 0,9317 dolar.
Dolar AS dibeli 103,99 yen Jepang, lebih tinggi dari 103,93 yen dari sesi sebelumnya. Dolar naik ke 0,9153 franc Swiss dari 0,9138 franc Swiss dan bergerak naik ke 1,0983 dolar Kanada dari 1,0947 dolar Kanada. Demikian laporan Xinhua.
(A026)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014