Bogor (ANTARA News) - Teknologi sistem peringatan dini Indonesia lebih unggul dari negara-negara ASEAN, hal ini dibuktikan dengan tampilnya Indonesia sebagai pembicara utama dalam ASEAN Science and Technology Week (ASTW) ke-9 di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.
"Yang paling membanggakan dalam pertemuan ASTW ke-9 ini, Indonesia menjadi pembicara utama untuk sistem peringatan dini serta open source software," kata Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, saat menghadiri Pekan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN.
Menteri mengatakan, keunggulan sistem peringatan dini juga dikaitkan Indonesia yang berada pada "ring of fire" sehingga tidak bisa menghindar dari terjadi bencana.
"Yang harus kita lakukan adalah bagaimana seminimal mungkin mengurangi jatuhnya korban, maka dari itu sistem peringatan dini harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Tidak hanya untuk gempa bumi, dan Tsunami, juga gunung meletus," kata Menteri.
Menteri menyebutkan pertemuan Pekan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN ke-9 yang berlangsung di Kota Bogor menggarisbawahi tentang masyarakat ekonomi asean 2015.
Menurut Menteri, dalam riset dan teknologi masyarakat ekonomi ASEAN adalah sesuatu yang harus siap dihadapi sehingga wajar kiranya ilmu dan teknologi harus dikembangkan.
"Karena dengan riset dan teknologi bisa meningkatkan produk-produk lokal kita menjadi nilai tambah dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN ini," kata Menteri.
Pekan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN berlangsung selama 10 hari diikuti oleh 780 peserta dari negara-negara angota ASEAN seperti Indonesia, Malayasia, Singapur, Brunai Darussalam, Vietnam, Thailand, dan Filiphina.
Asisten Deputi (Asdep) Jaringan Iptek Internasional Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek), Nada Marsudi, menjelaskan latar belakang diadakan acara ASTW salah satu alasannya, karena Masyarakat Ekonomi ASEAN yang segera berlaku tahun 2015.
Selain juga berpegang dengan tiga pilar kerja sama ASEAN yakni keamanan, politik, ekonomi, dan budaya.
"Kebetulan Iptek masuknya ke dalam pilar ekonomi dan budaya ASEAN," kata Nada.
Ia menambahkan, ASTW ke-9 digelar di Bogor, Jawa Barat, berlangsung sejak 18 hingga 27 Agustus 2014 yang masih menjadi bagian dari rangkaian perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus.
Dalam kegiatan tersebut terdapat 15 rangkaian antivitas, dimulai dari 4th ASEAN Science Congress and Conference (18-19 Agustus), tiga ASEAN Flagships Workshops (OSS, EWS-DRR, Biofuel) pada 20 Agustus, South East Asia-Europe Union (EU)-NET Bibliometrics WS (20 Agustus), dan Sustain EU-ASEAN Environment Research (20 Agustus).
Selain itu ada pertemuan ABAPAST, ABASF, dan INASAT pada 21 Agustus yang dilanjutkan dengan The 68th ASEAN COST Meeting pada 22 Agustus. Pertemuan lain yakni ASEAN COST+ Dialogue Partners (23--24 Agustus), ASEAN STI Exhibition (22-25 Agustus), 8 Informal ASEAN Ministerial Meeting on S&T (8IAMMST) pada 25 Agustus, dan ASEAN ST Awards pada acara Ministerial Gala Dinner.
Menurut Nada, pertemuan hari menjadi spesial karena Indonesia tampil sebagai pembicara utama tentang sistem peringatan dini.
"Sistem peringatan dini Indonesia dinilai lebih unggul karena belajar dari pengalama kita menangani bencana gempa dan Tsunami di Aceh. Ini menjadi bencana terbesar di ASEAN," kata Nada.
(KR-LR)
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014