Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Agama dan Kepercayaan BRIN Aji Sofanudin menjelaskan konsep inovasi beragama yang merupakan kebaruan dalam pemikiran dan praktik beragama yang dilandasi tujuan guna mencapai kemaslahatan atau kebaikan bersama.

"Inovasi beragama sebagai kebaruan dalam pemikiran dan praktik beragama yang dilandasi semangat perubahan untuk kemaslahatan bersama," kata Aji dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Dia menegaskan, inovasi beragama tidak mengubah substansi maupun pokok-pokok ajaran dalam agama, namun lebih kepada menciptakan kebaruan pada dimensi sosialnya.

"Ini yang diinovasi adalah kemasannya, tampilannya, atau hal-hal yang bukan bersifat pokok-pokok di dalam ajaran agama," ujarnya.

Baca juga: Kemenekraf gandeng BRIN buat kebijakan berbasis penelitian

Baca juga: BRIN: Perlu inovasi sosial untuk bangun toleransi masyarakat majemuk

Ia mencontohkan sejarah kitab suci Al Quran yang mulanya memiliki ayat-ayat yang tercecer, ditulis di media seperti daun lontar dan batu, kemudian dikumpulkan dan dibukukan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Seiring dengan perkembangan zaman, Al Quran pada masa kini dicetak dengan berbagai model dan inovasi untuk membantu pembacanya.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN Muhammad Nur Prabowo menyoroti terdapat dua paradigma yang memperdebatkan tentang inovasi dalam beragama. Pertama adalah paradigma konservatif yang menganggap semua aspek-aspek dalam agama sudah mutlak, utuh, dan tidak perlu diperdebatkan.

"Ada juga yang menganggap agama pada tatanan dan dimensi tertentu harus dilanjutkan karena agama itu ada aspek-aspek yang terdiri dari wilayah yang mutlak ada yang sifatnya selalu berubah-ubah," ujar Nur.

Menurutnya, cara beragama yang dapat menyesuaikan dengan tantangan zaman perlu diterapkan demi mencapai kemaslahatan bersama. Ia menyoroti fenomena pandemi Covid-19 yang melahirkan anjuran shaf sholat berjarak yang berlaku pada saat itu.

"Melindungi jiwa manusia bagian dari pesan dasar agama sehingga kita perlu menciptakan inovasi agar kehidupan manusia itu terjaga tapi di satu sisi melindungi agama. Oleh karena itu, dibuat inovasi-inovasi misalkan sholat berjarak, saya kira itu bagian dari ijtihad," ujar dia.

Nur menekankan dalam membuat inovasi beragama perlu berkonsultasi dengan para ahli agama yang memiliki pemahaman mendalam tentang falsafah dan prinsip dasar dalam ajaran agama.

"Inovasi tidak menyimpang dari ajaran utama agama sepanjang kita selalu berkonsultasi kepada para ahli agama yang betul-betul mengerti tentang falsafah dan prinsip dasar beragama," katanya.*

Baca juga: BRIN sebut perlu ada revisi regulasi akomodir pengemudi daring

Baca juga: BRIN dorong peneliti di luar Jawa untuk perluas kolaborasi riset

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024