Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman mengatakan bahwa pihaknya menjadwalkan untuk memanggil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Semarang Komisaris Besar Polisi Irwan Anwar terkait insiden penembakan yang dilakukan oleh oknum anggota Polrestabes Semarang kepada seorang siswa SMK di Semarang, Jawa Tengah.

"Kami akan memanggil khusus si Kapolres ini pada kesempatan yang secepat-cepatnya," kata Habiburokhman saat konferensi pers di Ruang Rapat Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.

Dia menyebut pemanggilan tersebut rencananya akan dilakukan pada Selasa (3/12) pekan depan, bersamaan dengan jadwal pemanggilan Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) dan Kadiv Propam Mabes Polri untuk membahas soal kasus polisi tembak polisi di Solok Selatan, Sumatera Barat.

"Iya persis, persis (pemanggilan bersamaan), hari Selasa," ucapnya.

Dia mengatakan pihaknya merasa perlu untuk melakukan pemanggilan atas kasus penembakan oknum polisi terhadap siswa di Semarang tersebut lantaran dapat merusak citra institusi Polri secara keseluruhan.

"Ini bisa mempengaruhi citra Polri secara keseluruhan, seolah-olah ya Polri tidak bisa menjaga situasi kondusif, padahal kejadian ini di Semarang. Jadi ini kami perlu sampaikan ya, agar peristiwanya tidak menodai citra Polri," ujarnya.

Sebab, kata dia, institusi Polri di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo secara keseluruhan berkinerja baik.

"Pak Kapolri, Pak Sigit itu sudah luar biasa kerjanya. Saya sampaikan tadi secara keseluruhan, kalau mau dikasih nilai dari satu sampai sepuluh, saya berani kasih nilai sembilan," tuturnya.

Terlebih, lanjut dia, pihaknya sempat mencoba menghubungi Kapolrestabes Semarang usai insiden penembakan tersebut menyeruak ke publik, namun tidak mendapatkan respons.

"Karena Kapolres-nya ini setelah kejadian saya telpon saja tidak angkat telpon. Bagaimana mungkin kami sebagai pengawas resmi langsung, kami ingin mendapatkan informasi dari Kapolres-nya tidak diindahkan oleh si Kapolres ini, padahal peristiwanya sangat luar biasa. Saya dengar memang ada satu orang meninggal, tiga orang terluka, lalu dengan seenaknya diklaim sebagai gangster. Gangster seperti apa?" tuturnya.

Untuk itu, dia menegaskan bahwa pihaknya merasa perlu untuk mengevaluasi kinerja dari Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Semarang atas insiden penembakan yang menyebabkan hilangnya nyawa pelajar tersebut.

"Kejadian di Semarang ini benar-benar memprihatinkan dan ini kinerja Kapolresnya ini perlu dievaluasi seperti apa. Jangan sampai nila setitik merusak susu sebelanga, itu peribahasanya," katanya.

Sebelumnya, seorang siswa kelas XI SMKN 4 Kota Semarang, berinisial GRO, dilaporkan meninggal dunia diduga akibat luka tembak senjata api di tubuhnya.

Warga Kembangarum, Kota Semarang, tersebut telah dimakamkan oleh keluarganya di Sragen pada Minggu siang.

Polisi menduga korban merupakan pelaku tawuran antar gangster yang terjadi di sekitar wilayah Simongan, Semarang Barat pada Minggu (24/11) dinihari.

Polisi yang berusaha melerai peristiwa tawuran antar gangster tersebut terpaksa membela diri dengan menembakkan senjata api.

Baca juga: Komisi III beberkan informasi terkait keamanan pilkada dan peran Polri

Baca juga: Komisi III sebut Polri telah berperan maksimal amankan pilkada

Baca juga: Anggota DPR nilai penempatan Polri di bawah kementerian belum relevan

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2024