Jayapura (ANTARA News) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura Jayapura, Papua, kewalahan melayani pasien diare yang jumlahnya meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir.
Pihak RSUD Abepura terpaksa menggunakan paku yang ditancapkan ke didinding untuk menggantung infus para pasien diare yang menggunakan velbed (tempat tidur tambahan) karena terbatasnya tiang penggantung infus.
"Rumah sakit terpaksa menggunakan paku untuk menggantungkan botol infus. Rata-rata infus yang menggunakan paku untuk gantung infus adalah pasien yang menggunakan velbed karena tempat untuk gantung infus terbatas," kata salah seorang dokter jaga di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Abepura dr Lilya Wildhanie di Jayapura, Minggu.
Menuurut dr Lilya, dalam keadaan darurat rumah sakit menggunakan berbagai cara untuk menolong pasien diare.
Dia mengatakan, tidak semua pasien menggunakan infus yang digantung didinding dengan paku, sebagian di antaranya yang dirawat di bangsal tetap menggunakan tiang infus.
Pasien orang dewasa yang terkena penyakit biasa dan bisa teratasi pun terpaksa ditolak dan lebih mengutamakan balita dan anak diare.
"Kami tolak pasien dewasa yang kena penyakit biasa karena daya tahan tubuhnya kuat tapi balita dan anak daya tubuhnya lemah jadi kami lebih utamakan mereka," ujarnya.
Pada Kamis lalu, pasien diare di rumah sakit itu sebanyak 30 orang, kemudian bertambah menjadi 50 orang sampai Jumat (22/8), dan kini bertambah lagi hingga mencapai 70 orang.
Penambahan tempat tidur ekstra mulai digelar sejak Sabtu (23/8) siang, baik di UGD maupun di ruang perawatan anak dan balita.
Sejumlah pasien diperbolehkan pulang karena sudah tidak lagi buang air dan muntah-muntah setelah minum obat, dan tidak dehidrasi lagi setelah diinfus.
Berbagai upaya terus digalakkan oleh pihak rumah sakit untuk menolong para pasien diare itu. Sampai saat ini penyediaan obat untuk pasien balita dan anak diare cukup.
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014