... mereka pendatang dari luar daerah... "

Sungailiat, Bangka Belitung (ANTARA News) - Andri, pemilik dan pengelola usaha rumah kos di Kota Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung mengaku bisa meraih omset cukup lumayan dari hasil usahanya tersebut.

"Cukup menjanjikan seiring dengan terus berkembangnya Kota Sungailiat sehingga berdampak terhadap tingginya minat penyewa rumah kos saat ini," katanya, di Sungailiat, Minggu.

Menurut pria yang sudah menggeluti usaha kos- kosan selama 11 tahun ini, memasang harga sewa hanya Rp 400.000 perbulan dengan fasilitas listrik dan air sumur.

"Dari enam kamar kos yang saya punya kini semuanya selalu terisi dengan penyewa berlatar pekerja bangunan, pekerja tambang timah, hingga anak- anak sekolah. Kebanyakan mereka pendatang dari luar daerah," jelasnya.

"Rumah kos", "kamar kos", atau "kos-kosan" merupakan "turunan" dari pengertian kata indekost dari bahasa Belanda pada masa kolonial dan sejenak setelah kemerdekaan. Semula indekost adalah menitipkan seorang anak pribumi kepada "kerabat" Belanda agar si anak itu dididik dan mengecap pola penghidupan Belanda.

Dalam pengertian itu, orangtua si anak memberikan kompensasi biaya pemondokan kepada induk semang Belanda itu.

Kini pengertian itu telah mereduksi, menjadi sekedar menyewa kamar atau rumah kecil belaka.

Pewarta: Kasmono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014