... film Tumiran menunjukkan dengan baik keseluruhan keunggulan itu... "
Denpasar (ANTARA News) - Film Tumiran, karya Vicky Kurniawan, dari Banyuwangi, Jawa Timur dinobatkan sebagai film terbaik Denpasar Film Festival (DFF) 2014.
Penobatan itu dilakukan pada malam penganugerahan, Sabtu malam, di di Danes Art Veranda Denpasar.
Tumiran mengungguli lima film unggulan yang dipilih dewan juri yakni Apa Kabar Potehi (Ari Mendrofa, Bandung), Jamu Laut (Andi Hutagalung, Medang), Berni Meraung (Agung S. Rohutomo, Jember), dan Pesisir Harapan (Nurazaz Ramdany, Jakarta).
Dewan Juri terdiri dari Slamet Rahardjo Djarot, Dr. Lawrence Blair, Rio Helmi, Prof. I Made Bandem, dan I Wayan Juniartha.
Dengan dinobatkannya Tumiran sebagai film terbaik, Kurniawan berhak menggondol hadiah berupa trofi dan uang tunai sebesar Rp20juta yang diserahkan oleh Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra.
Tumiran berkisah tentang seorang lelaki yang memiliki garis keturunan lurus dengan pelaku awal ritual Keboan, di Banyuwangi. Tumiran sendiri telah menjadi pelaku ritual Keboan sejak ia masih remaja.
Pada 1992 Tumiran merantau ke Lombok. Di situ ia menyabung hidup sebagai seorang nelayan. Penghasilan yang tidak menentu membuat kehidupan ekonomi Tumiran menjadi penuh masalah.
Namun dengan segala daya upaya Tumiran yang kini telah berusia 63 tahun selalu berupaya untuk melewati semua itu agar dapat pulang kembali ke kampungnya dan menjadi pelaku ritual Keboan.
Djarot mengatakan, film-film dokumenter yang diunggulkan pada DFF 2014 kali ini hadir dengan kejelasan semiotika sinematografi, serta menunjukkan keterampilan teknik dan estetika yang meyakinkan.
"Menurut kami, film Tumiran menunjukkan dengan baik keseluruhan keunggulan itu," kata dia.
Ia melihat keunggulan-keunggulan tersebut, Dewan Juri tak hanya memilih satu film terbaik saja, melainkan memberi juga penghargaan khusus kepada dua film yang menonjol dalam teknik penyuntingan dan tata sinematografi.
Dua film tersebut adalah Jamu Laut (Andi Hutagalung) dan Apa Kabar Potehi (Ari Mendofa). Oleh panitia, keduanya diberi hadiah berupa uang tunai sebesar Rp5,5juta untuk capaian tersebut.
Selain katagori umum yang menyuatkan film-film tersebut, ada pula kategori pelajar yang diikuti oleh para sineas remaja dari seluruh Bali. Dalam kategori ini tampil sebagai Juara I adalah Kami Bukan Peminum Liar (Putu Sutama Jaya, SMK PGRI Amlapura).
Juara II dan Juara III masing-masing adalah Masih Ada Asa, Voice of Trisma (Arya Artana, SMAN 3 Denpasar), dan Segores Harapan di Balik Kaca (Komang Gita Meiliana, SMA N 1 Banjar, Buleleng).
Mantra memberikan apresiassi dan rasa bangganya terhadap penyelenggaran DFF yang pada perhelatan ke-limanya masih konsisten menjaga kualitas dan kredibilitas penyelenggaraan sehingga tampil sebagai salah satu festival film yang dipuji di Tanah Air.
Pewarta: I Ketut Sutika
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014