Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI bekerja sama dengan University of Warwick dan British Council meluncurkan situs website Women in STEM untuk membuka ruang kolaborasi yang potensial bagi para akademisi perempuan di Indonesia.

Kehadiran situs ini merupakan bagian dari program penelitian Empowering Women in STEM di Indonesia yang didukung oleh hibah Going Global Gender Equality Partnerships dari British Council.

Website ini diharapkan menjadi ruang berbagi pengetahuan dan kolaborasi bagi akademisi perempuan di seluruh Indonesia. Kami berharap ini menjadi langkah awal untuk mendorong lebih banyak inisiatif serupa,” kata Wakil Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan LPEM FEB UI Hera Susanti dalam diseminasi hasil riset yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Hera mengatakan ini merupakan inisiatif yang berupaya mendorong perubahan positif bagi perempuan di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika). Penelitian kolaboratif antara LPEM UI dan lembaga terkait lainnya bertujuan untuk menggali lebih dalam tantangan dan peluang yang dihadapi oleh perempuan di bidang STEM serta untuk memperkuat kontribusi dan posisi mereka.

Baca juga: Pemerintah catat investasi KEK capai Rp242,5 triliun di kuartal III

Baca juga: Ekonom proyeksi BI tahan suku bunga acuan di level 6 persen

“Hasil dari penelitian ini menunjukkan antara lain bahwa ketimpangan gender tidak hanya menjadi isu individual tapi juga sistemik yang membutuhkan pendekatan terintegrasi. Misalnya, minimnya akses pendanaan penelitian terutama di luar Jawa, kurangnya jaringan penelitian bagi perempuan, dan tantangan lain untuk menyeimbangkan peran kerja dan tanggung jawab keluarga,” kata Hera.

Ia mengamini bahwa telah ada sejumlah perbaikan-perbaikan yang dilakukan berbagai pihak terkait dengan kemudahan bagi akademisi perempuan di tempat kerjanya, baik dari infrastruktur fisik seperti penyediaan ruang laktasi, maupun juga dari infrastruktur non-fisik. Meski begitu, Hera memandang upaya perbaikan tersebut masih perlu untuk ditingkatkan.

Penelitian kolaboratif ini menghasilkan Indeks Perempuan dalam Sains di Indonesia (Wisidex) dengan sumber data yang diolah berasal dari SINTA (Science and Technology Index) dan Dikti Kemendiksaintek dengan sampel sebanyak 5.317 akademisi, baik perempuan maupun laki-laki, dari 365 universitas negeri dan swasta di Indonesia.

Dari penelitian tersebut didapatkan proporsi jumlah akademisi perempuan di bidang biologi, kimia, matematika, fisika, dan teknik sipil, termasuk bagaimana gambaran distribusi akademisi perempuan pada setiap jenjang jabatan fungsional.

Bidang biologi, kimia, dan matematika menunjukkan persentase akademisi perempuan yang hampir sama atau lebih tinggi dibandingkan akademisi laki-laki pada seluruh tingkat jabatan. Hal ini berarti mengindikasikan adanya representasi yang baik pada ketiga bidang tersebut. Namun untuk bidang fisika, khususnya teknik sipil, memiliki persentase akademisi perempuan yang jauh lebih rendah dibandingkan akademisi laki-laki.

Di antara kelima program studi STEM tersebut, bidang biologi memiliki proporsi akademisi perempuan tertinggi yakni sebesar 62,06 persen, diikuti bidang matematika (53,64 persen) dan kimia (53,60 persen). Teknik sipil memiliki proporsi akademisi perempuan yang terendah yakni sebesar 36,92 persen.

Hasil penelitian juga mencakup gambaran peringkat akademis melalui skor SINTA yang didapatkan akademisi perempuan, publikasi jurnal terindeks Scopus oleh akademisi perempuan, hingga dana hibah penelitian yang didapatkan akademisi perempuan.

Asisten Profesor Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ella S. Prihatini mengatakan, data-data dari hasil penelitian tersebut dapat membantu akademisi dan pemangku kepentingan terkait untuk memformulasikan kebijakan yang lebih berpihak pada lebih banyak keterlibatan perempuan di bidang STEM.

Situs Women in STEM juga menghadirkan basis data pakar (expert database) yang memuat profil para akademisi perempuan. Menurut Ella, expert database ini masih dalam tahap pengembangan sehingga pihaknya mendorong para akademisi di seluruh Indonesia untuk mendaftar atau mengisi database tersebut.

Dengan database yang lengkap, pada akhirnya hal ini membuka ruang potensial yang lebih luas bagi akademisi untuk mencari koneksi dan kolaborasi dengan akademisi lainnya yang memiliki keterkaitan dan kedekatan dalam bidang riset.*

Baca juga: LPEM UI: BI perlu pertahankan suku bunga BI-Rate sebesar 6 persen

Baca juga: Ekonom prediksi ekonomi RI kembali tembus 5 persen di triwulan IV 2024

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024