Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior Ryan Kiryanto menilai, pendanaan atau investasi penting bagi Pertamina dalam kerangka pengembangan bisnis dan peningkatan kinerja perusahaan.

Dengan investasi itulah, Pertamina berkembang menjadi besar, lanjutnya, apalagi dalam pendanaan tersebut tetap berdasarkan pada prinsip good corporate governance (GCG) dan standar praktis yang berlaku.

”Kebutuhan investasi tiap tahun itu penting dalam kerangka pengembangan bisnis atau business growth untuk peningkatan kinerja. Jadi kalau Pertamina menuju kesana, itu betul," kata Ryan melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, yang penting tujuan pengembangan investasi sesuai dengan kebutuhan, seperti membeli mesin produksi baru, dan lain-lain, yang hasilnya akan dituai di tahun-tahun berikutnya dari pertumbuhan nilai bisnis, peningkatan omzet serta nilai aset.

Oleh karena itu, lanjut Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) tersebut, jika Pertamina memiliki rencana investasi, maka BUMN tersebut sedang mengarah menjadi lebih baik.

"Sebaliknya, jika ada BUMN yang tidak pernah investasi, atau investasinya lebih kecil, justru salah. Bukannya mau maju, tapi mundur. Di saat berbagai perusahaan agresif belanja investasi, lha ini kok malah pelit, itu bahaya," katanya.

Dia juga menegaskan bahwa investasi tidak bisa dimaknai hanya sebagai utang semata jika dikelola untuk menghasilkan pertumbuhan bisnis dan profit.

Sebab, dengan investasi, akan searah dengan peningkatan produktivitas, mempermudah cara kerja dan ujungnya adalah profit.

“Uang yang dibelanjakan untuk investasi mesin-mesin itu, akan kembali tiap tahun dan meningkat gitu,” ujar dia.

Apalagi, kata Ryan, selama ini Pertamina selalu memberi kontribusi yang sangat besar kepada negara. Pada 2023 saja misalnya, BUMN ini mampu menyumbang bagi penerimaan negara yang mencapai Rp304,7 triliun.

Bahkan, melalui pendanaan tersebut Pertamina mampu untuk terus bertumbuh, yang tercermin dari peningkatan nilai aset perusahaan yang meningkat dari 51,2 miliar dolar AS pada 2017 menjadi 91,1 miliar dolar AS di 2023, atau naik sekitar 39,9 miliar dolar AS.

Selama periode yang sama, Pertamina juga mampu meningkatkan pendapatan usaha 76,7 persen dari 42,9 miliar dolar AS menjadi 75,8 miliar dolar AS.

”Ini menunjukkan bahwa sudah berjalan dengan baik. Itu alat ukurnya. Misalnya dalam tempo 10 tahun investasi tersebut sudah berlipat-lipat hasilnya. Itulah hasilnya, itulah yang disebut good investment," katanya.

Maka, pentingnya melakukan GCG dalam menerima dan mengelola investasi dan sebelum memutuskan sudah memiliki kajian dan riset yang baik sehingga bisa menghasilkan good investment.

Apalagi, kata dia, Pertamina saat ini juga diminta mendukung target pemerintah mencapai net zero emission (NZE) yang harus dipercepat, sehingga membutuhkan investasi untuk mengadakan energi baru terbarukan dan mengakhiri penggunaan energi fosil.

Baca juga: Pertamina menargetkan 56 persen investasi untuk EBT pada 2030

Baca juga: Pertamina NRE naikkan investasi delapan kali lipat hingga 2029

Baca juga: PHR siap tingkatkan produksi usai izin investasi CEOR Minas disetujui

Pewarta: Subagyo
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024