Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menilai bahwa film “Women from Rote Island” berhasil menampilkan ke-eksotis-an Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan cara yang menakjubkan.

“Keindahan alamnya sudah pasti ya, kita tahu orang datang ke Rote itu karena keindahan alamnya. Film Women from Rote Island ini benar-benar mempromosikan keindahan alam di Indonesia,” kata Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.

Ni Luh mengatakan film yang akan maju dalam ajang “Academy Awards” atau Piala Oscar 2025 itu, sukses menggambarkan pemandangan pantai di Nusa Tenggara Timur dengan indah. Berdasarkan pengamatan Kemenpar sendiri, pantai di pulau itu dijadikan sebagai salah satu destinasi pilihan para turis untuk melakukan olahraga berselancar (surfing).

Pemandangan savana atau padang rumput yang ada di lokasi syuting pun, ditampilkan secara indah dan menonjolkan keluasannya.

Baca juga: Menbud berupaya populerkan "Women from Rote Island" menuju Oscar 2025

Baca juga: Kemenekraf: Women from Rote Island kesempatan emas perfilman Indonesia


Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana turut mengatakan keinginannya untuk mengajak para produser film berkolaborasi bersama untuk memperkenalkan keindahan alam Indonesia termasuk lima Destinasi Super Prioritas (DSP).

“Mungkin ke depannya kita harus berkolaborasi bersama para produser film lainnya, untuk memperkenalkan lima DSP kita dan (destinasi wisata) lainnya,” kata Widiyanti.

Ia pun turut menyatakan dukungannya kepada seluruh kru film tersebut agar berhasil membawa kabar baik bagi prestasi industri perfilman Indonesia melalui ajang bergengsi tersebut.

Film “Women from Rote Island” yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen mengajak masyarakat untuk menghentikan kekerasan seksual sekaligus lebih memperhatikan seluruh anggota keluarga.

Film yang bergenre drama-thriller itu mengisahkan seorang ibu bernama Mama Orpa (Linda Anoe) yang baru ditinggal mati sang suami sambil menunggu anak sulungnya Martha (Irma Rihi) yang bekerja sebagai TKI kembali ke rumah dari Sabah, Malaysia.

Kepulangan sang anak justru makin membuatnya terluka karena Martha telah mengalami kekerasan fisik dan kekerasan seksual baik dari majikan dan orang-orang di sekitarnya. Pengalaman tersebut menjadi trauma bagi Martha dan berujung depresi.

Dengan menyoroti isu perempuan dan tenaga kerja di Indonesia Timur, film itu juga telah meraih Piala Citra untuk Penulis Skenario Asli Terbaik dan Film Cerita Panjang Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2023.

Baca juga: "Women from Rote Island" jadi Film Cerita Panjang Terbaik FFI

Baca juga: "Women from Rote Island" sabet Skenario Asli Terbaik


Baca juga: Women from Rote Island tonjolkan kekalutan korban kekerasan seksual

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024