Palu (ANTARA News) - Situasi kota Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Senin pagi, sudah terkendali, pasca ketegangan antara aparat keamanan dari kesatuan Brimob dan warga setempat.
Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP M. Kilat, di Palu, Senin, mengatakan situasi keamanan di kota Poso sudah terkendali, sekalipun aparat keamanan masih disiagakan di sejumlah titik rawan.
"Aparat keamanan memang masih disiagakan di beberapa titik rawan, tetapi secara umum situasi terkendali," kata Kilat di Palu, Senin.
Situasi kota Poso pada Minggu malam hingga Senin dini hari mencekam, menyusul ketegangan antara aparat keamanan dari kesatuan Brimob dengan warga Kelurahan Gebang Rejo.
Beberapa kali terdengar letusan bom dan suara rentetan tembakan yang tak terhitung jumlahnya berlangsung sepanjang malam hingga dini hari.
Akibat ketegangan itu, seorang dari dua warga yang dilaporkan kritis terkena tembakan meninggal dunia. Korban tewas diidentifikasi bernama Syaifuddin alias Udin (22), warga Kelurahan Gebang Rejo, dengan luka tembak pada bahagian leher dan paha.
Sementara korban kritis yang masih bertahan di RSUD Poso bernama Muhammad Rizki alias Kiki (29) dengan luka tembak di bahagian dada dan perut. Hingga senin pagi, warga Kelurahan Bonesompe ini masih dalam perawatan petugas medis RSUD Poso.
Menurut Kilat, ketegangan berawal sekitar pukul 21.30 Wita ketika sejumlah warga Gebang Rejo melempari Pos Polmas (Polisi Masyarakat) di yang berlokasi di wilayah tersebut.
Sesaat setelah mendapat laporan pelemparan, satu regu anggota Brimob yang berpatroli di Jalan Pulau Jawa II langsung menuju lokasi kejadian yang hanya berjarak ratusan meter.
Melihat kedatangan anggota Brimob, warga langsung membunyikan tiang listrik sehingga warga lain berdatangan dan terjadi konsentrasi massa.
Massa kembali melempari Pos Polmas dan anggota Brimob yang berada di lokasi tersebut. Dari arah massa terdengar letusan senjata api, sehingga memaksa aparat membuang tembakan peringatan ke udara.
Massa mulai beringas dengan membakar sebuah truk operasional Polri dan tiga sepeda motor milik anggota Polmas.
"Karena sudah anarkis dan membayakan jiwa, anggota dengan sangat terpaksa melepas tembakan ke arah massa," kata Kilat.
Saling bantah
Kilat membantah polisi mengerahkan sekitar 700 personel untuk menyerang warga Keluarahan Gebang Rejo. "Yang benar hanya satu regu dan bertugas mengevakuasi anggota Polmas yang diserang massa," ujarnya.
KH. Adnan Arzal, warga Gebang Rejo yang juga pemuka agama di kota Poso membantah pernyataan Kilat.
Menurut dia, sepulang warga dari mempersiapkan tempat pelaksanaan shalat ied di lapangan bola Jalan Pulau Irian, Keluruhan Gebang Rejo, tiba-tiba muncul puluhan anggota Brimob.
"Anggota Brimob datang dari berbagai penjuru mengepung wilayah Tanah Runtuh (Gebang Rejo) tanpa tujuan yang jelas. Kuatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, warga membunyikan tiang listrik, sehingga terjadi konsentrasi massa. Sesaat kemudian
terdengar rentetang tembakan," katanya.
Lebih lanjut, Adnan Arzal yang juga Ketua Forum Solidaritas Ummat Islam Poso, mengatakan warga terpaksa mendatangi Pos Polmas (Polisi Masyarakat) Kelurahan Gebang Rejo.
Alasan warga, lanjut dia, anggota Polmas tidak bertindak saat terjadi rentetan tembakan.
"Warga yang emosi melempari Pos Polmas, dan saat itulah anggota Brimob melepas tembakan ke arah warga hingga jatuh korban jiwa," ujar Adnan Arzal, dan menambahkan bahwa tidak ada kontak senjata sebab tidak ada perlawanan dari warga.
Pasca ketegangan polisi mengamankan lima warga masing-masing berinisial RM, NS, SM, NG dan AL, serta menyita barang bukti berupa sebo dan parang.
"Kelima orang tersebut menjalani pemeriksaan di Mapolres Poso," kata Kilat. (*)
Copyright © ANTARA 2006