Jakarta (ANTARA News) - Bisnis ritel modern tumbuh dengan pesat, kondisi ini bukan berarti menutup kesempatan pedagang kecil atau warung tradisional untuk tetap tumbuh dan berkembang. Namun, kehadiran ritel modern acap kali dinilai membawa dampak kurang baik terhadap pasar tradisional. Ketidaktahuan masyarakat tentang bisnis ritel membuat banyak pihak menuding kehadiran ritel modern menjadi ancaman bagi pedagang tradisional.
Padahal, pelaku bisnis ritel modern telah berperan membantu pemerintah dalam menjaga agar pasar tradisional dapat cepat berkembang dengan cara memberikan pelatihan tentang manajemen ritel dan pemberian harga khusus kepada pedagang agar dapat tetap bertahan dan bersaing dengan ritel modern.
Solihin, Corporate Affairs Director Alfamart, menjelaskan program yang dijalankan Perusahaan bagi para pedagang tradisional, yakni melalui Program OBA (Outlet Binaan Alfamart). “Perusahaan merangkul kalangan UMKM seperti warung atau toko kelontong yang berada sekitar toko kami untuk bergabung dalam anggota OBA, para anggota akan memperoleh kemudahan pasokan barang dengan harga yang kompetitif serta diberikan pengetahuan manajemen ritel modern oleh tim kami,” ungkapnya.
Perusahaan secara bertahap juga melakukan program “Bedah Warung” untuk merenovasi warung tradisional agar tampak tertata rapi. Hingga 31 Juli 2014, Perusahaan telah merenovasi 209 Warung yang tersebar di Indonesia dan telah menjaring 128.066 pedagang yang tergabung sebagai anggota pedagang Binaan Alfamart.
Solihin, mengatakan bisnis ritel dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang sangat cepat. “Pada era 1980-an masyarakat senang berbelanja kebutuhan pokok ke supermarket, pada era 1990 an ke hypermarket dan era sekarang masyarakat lebih memilih belanja di dekat rumah yakni di minimarket. Bahkan dengan kemajuan era teknologi informatika saat ini, masyarakat dapat berbelanja kebutuhan pokok secara online, kami juga telah mempersiapkannya melalui www.alfaonline.com. Hal ini yang tidak bisa dihindari karena trend-nya akan ke sana,” ujar Solihin.
Intinya keberadaan pasar modern maupun pasar tradisional akan saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Para peritel besar pun sudah menunjukkan itikad baik dengan membantu pasar tradisional agar dapat berkembang. “Padahal ujung-ujungnya pasar tradisional pun nantinya harus menjadi modern,” tandasnya.
Mendag : Pasar Modern Tak Ganggu Pasar Tradisional
Menanggapi kondisi ini, Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa pasar modern dan pasar tradisional dapat hidup bersama karena memiliki segmentasi konsumennya masing-masing. "Sebenarnya pasar rakyat dan pasar modern belum tentu bersinggungan dan berkompetisi. Saya melihat keduanya menunjukkan punya kebijaksanaan sendiri-sendiri terhadap pangsa pasarnya," ungkap Mendag.Lutfi melanjutkan, soal segmentasi pangsa pasar dari pasar modern dan pasar tradisional berasal dari kepentingan para konsumen masing-masing pihak. "Contohnya, mereka yang bangun pagi untuk mendapatkan daging segar itu datangnya ke pasar tradisional. Sedangkan yang datang ke pasar modern itu adalah bapak-bapak dan ibu-ibu yang kerja pukul 7 sudah harus berangkat dan pulang pukul 5 mereka belanja. Jadi mereka belanjanya sore. Jam segitu pasar tradisional sudah tidak ada," tutur Lutfi. dikutip http://ekonomi.metrotvnews.com (NRM/SAT)
Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2014