Jakarta (ANTARA) - Pendiri Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (Foreign Policy Community of Indonesia/FPCI) Dino Patti Djalal menilai bahwa kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke sejumlah negara beberapa hari pasca pelantikan menjadi sebuah sinyal bahwa Indonesia siap menjadi pemain di kancah internasional.

Presiden Prabowo secara resmi melakukan kunjungan kenegaraan perdana ke enam negara yakni China, Amerika Serikat, Brasil, Peru, Inggris dan Uni Emirat Arab (UAE) yang berlangsung pada 8-23 November.

"Ini adalah sebuah tanda. Dan pesannya berbunyi: saya berada di tengah para pemimpin dunia dan saya siap menjadi pemain," kata Dino dalam bahasa Inggris saat konferensi pers Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2024 di Jakarta, Selasa.

Dino menuturkan bahwa kendati Presiden Prabowo telah mengedepankan prinsip politik luar negeri bebas aktif, namun Indonesia memerlukan strategi lebih lanjut.

"Kalau prinsipnya sudah jelas yakni bebas aktif, tetapi apa strateginya? itu yang menurut saya perlu ditekankan," ucapnya.

Lebih lanjut Dino mengatakan bahwa setiap pemerintahan memiliki konsep yang berbeda-beda dalam mewujudkan prinsip bebas aktif. Sebelumnya Presiden Soekarno pernah membuat gagasan politik NEFOS (New Emerging Forces) dan Presiden Soeharto mengenai doktrin ketahanan regional dan nasional yang diterapkan di ASEAN.

"Jadi, pemerintahan berbeda memiliki konsep yang berbeda pula untuk mengejawantahkan prinsip bebas aktif," katanya.

Menurut Dino, terdapat dua ukuran dari politik luar negeri suatu pemerintahan yakni inisiatif dan dampak. Untuk menilai seberapa efektif kebijakan luar negeri di bawah pemerintahan Presiden Prabowo, katanya, dapat dilihat dalam lima tahun mendatang.

Baca juga: FPCI gelar konferensi peringati hari jadi ke-10
Baca juga: Survei temukan ulama jadi tokoh yang paling dipercaya dalam isu iklim

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024