Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dalam menangani pemulangan tujuh pekerja migran Indonesia (PMI) yang meninggal akibat kecelakaan di Sarawak, Malaysia.
"Ini sedang saya komunikasikan dengan Kemenlu. Karena itu kan, kalau di sana memang wilayahnya Kemenlu, bukan wilayah kami," kata Menteri P2MI Abdul Kadir Karding usai menggelar rapat koordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Selasa.
Menteri Karding mengakui bahwa pemulangan tujuh PMI tersebut terkendala masalah biaya karena para PMI tersebut ke luar negeri melalui jalur non-prosedural.
Namun demikian, Karding memastikan bahwa Pemerintah akan tetap berupaya membantu pemulangan sehingga ketujuh PMI yang meninggal tersebut dapat segera tiba di Tanah Air.
"Jadi tidak masalah. Sepanjang bisa kita usahakan, kita usahakan," katanya.
Selain berkoordinasi dengan Kemlu, Kementerian P2MI juga terus berkoordinasi dengan perwakilan Indonesia di Malaysia dan berkomunikasi dengan keluarga PMI yang meninggal dalam upaya membantu pemulangan tersebut.
"KIta sudah komunikasi dengan keluarga, juga sedang saya minta ke KBRI Malaysia untuk dibantu pemulangannya," kata dia.
Setelah tiba di Tanah Air, Kementerian P2MI akan membantu pemulangan ketujuh jenazah sampai ke kediaman masing-masing.
"Nanti setelah sampai di sini, kami yang menangani, mulai dari bandara sampai ke rumah, kami yang menangani," demikian kata Menteri P2MI.
Sebelumnya, Konsul Jenderal (Konjen) RI Kuching Raden Sigit Witjaksono dalam keterangannya diterima di Kuala Lumpur, Minggu, mengatakan menerima laporan dari Ibu Pejabat Polis Daerah Sarikei pada Rabu (21/11) lalu bahwa telah terjadi kecelakaan lalu lintas di KM 448 Jalan Betong-Meradong, Sarikei, Sarawak, yang melibatkan dua kendaraan jenis Perodua Alza dan Toyota Hilux.
Berdasarkan informasi Ketua Polis Daerah Sarikei Aswandy Anis, Sigit mengatakan kecelakaan yang terjadi sekitar pukul 14.50 waktu setempat (pukul 13.50 WIB) di ruas jalan raya Pan Borneo itu telah merenggut delapan nyawa, di mana tujuh di antaranya merupakan WNI sedangkan seorang lagi merupakan warga lokal yang menjadi pengemudi Perodua Alza.
Ada dugaan supir kendaraan yang ditumpangi tujuh WNI asal Lombok, NTB, tersebut mencoba menghindari pemeriksaan polisi karena membawa para WNI yang tidak memiliki dokumen perjalanan atau paspor, yang sebelumnya masuk melalui jalan tikus di daerah Lundu-Sematan.
Baca juga: KJRI Kuching upayakan pemulangan 7 jenazah WNI meninggal di Sarawak
Baca juga: Konsulat RI salurkan bantuan untuk WNI korban kebakaran di Tawau
Pewarta: Katriana
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024