Konsumsi gula berlebih dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan, baik di jangka pendek maupun panjang

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak Siska Mayasari Lubis menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mengurangi asupan gula tambahan, menjadi kurang dari 10 persen total asupan energi, dan lebih baik lagi apabila kurang dari lima persen.

Dalam siaran oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta Selasa, Siska menjelaskan bahwa rekomendasi itu berlaku bagi semua tahapan usia, dari anak-anak hingga dewasa. Dokter itu menyebutkan, konsumsi gula berlebih dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan, baik di jangka pendek maupun panjang.

Gula tambahan, katanya, adalah gula yang ditambahkan ke makanan dan minuman selama proses produksinya untuk memberikan rasa manis.

Adapun pada tiap tahapan usia anak, ujarnya, untuk anak usia 2-4 tahun, rekomendasi gula yang dapat diberikan adalah 15-16 gram yang dibagi dalam empat sendok teh.

"Kemudian usia 4-7 tahun, ini yang dapat diberikan adalah 18-20 gram, itu setara dengan lima sendok teh. Kemudian usia 7-10 tahun, rekomendasinya adalah 22-23 gram, ini setara dengan 5,5 sendok teh," katanya.

Dia melanjutkan, pada usia 10-13 tahun, gula yang direkomendasikan adalah 24-27 gram, setara dengan 6,5 sendok teh. Kemudian 13-15 tahun, dia menambahkan, direkomendasikan 27-32 gram, setara dengan delapan sendok teh.

"Usia 15-19 tahun, ini yang diperbolehkan adalah 28-37 gram, ini setara dengan 9 sendok teh," katanya.

Baca juga: Ini akibat bila anak terpapar gula tambahan terlalu dini
Baca juga: YLKI: Cukai MBDK yang tinggi diharapkan bisa ubah perilaku konsumen


Dia pun memaparkan kandungan gula bebas di sejumlah produk minuman. Contohnya minuman berenergi, yang mengandung 14-16 sendok teh gula, kemudian air berperasa yang mengandung 1-5 sdt gula.

"Kemudian minuman olahraga, minuman olahraga ini beberapa dipikirkan atau dikatakan bahwa ini minuman sehat, padahal dalam satu minuman olahraga ini yang 500 ml, ini sudah mengandung 5-8 sendok teh gula," dia melanjutkan.

Adapun jus buah dapat mengandung 7-20 gram sendok teh gula, ujarnya, dan jus buah yang 100 persen buah dapat mengandung 6-22 sendok teh gula.

"Bisa kita bayangkan kalau seandainya di sini misalnya 20 sendok teh, kalau dia minum 2 kali sehari saja berarti sudah ada 40 sendok teh gula yang dikonsumsi anak per harinya. Dan ini tinggi sekali," Siska menambahkan.

Dalam kesempatan itu dia juga mengingatkan tentang gula tersembunyi, yakni gula tambahan yang tak jelas terlihat pada label atau nama bahan makanan dan sumber utama dari makanan dan minuman olahan yang sering dianggap sehat.

"Jadi contoh nama di label itu bisa ditulis sukrosa, fruktosa, glukosa atau dextrosa. Kemudian ada juga ditulis sirup jagung tinggi, fruktosa, madu. Atau jus buah terkonsentrasi," dia menambahkan.

Dia pun menilai pentingnya untuk selalu membaca label tentang kandungan nutrisi yang ada di kemasan, untuk mengetahui jumlah kalori, karbohidrat, dan gula tambahan pada makanan atau minuman tersebut.

Baca juga: IDAI: Orang tua aktif ajak anak beraktivitas fisik cegah diabetes
Baca juga: Dokter: Orang tua perlu contohkan hidup sehat, cegah anak nyandu gula

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024