Pada konferensi pers di Tel Aviv, Perdana Menteri Israel mengatakan perang Gaza diluncurkan pada 8 Juli "akan menjadi kampanye militer yang akan terus berlanjut" untuk memulihkan "ketenangan dan keamanan" bagi rakyat Israel, lapor Reuters dan KUNA.
Netanyahu mengatakan, bagaimanapun, bahwa ia melihat "cakrawala diplomasi baru" ke depan bagi Israel di wilayah tersebut, mengacu pada kemungkinan diplomasi dengan Palestina ke depan setelah perang usai.
Sebelumnya, Amerika Serikat Selasa mengatakan pihaknya "sangat prihatin" tentang kekerasan baru antara Israel dan Gaza, dan menyerukan "segera mengakhiri serangan roket dan permusuhan, serta kembali ke perundingan gencatan senjata."
Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf, menegaskan posisi AS bahwa "Israel memiliki hak untuk membela diri," dan mengatakan kedua pihak harus "mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata yang berkelanjutan atau, jika perlu, setuju untuk perluasan gencatan senjata sementara mereka, sehingga mereka dapat melanjutkan pembicaraan."
Dengan ribuan orang Palestina telah meninggalkan rumah mereka selama enam pekan terakhir, Harf mengakui "ada cukup banyak pengungsi serius di dalam negeri di Gaza sekarang."
Dia menambahkan bahwa AS ingin "gencatan senjata yang berkelanjutan di tempat ini sehingga kami dapat bermitra dengan PBB dan negara-negara lain untuk mulai membangun kembali Gaza untuk membantu mengatasi situasi kemanusiaan."
Penerjemah: Askan Krisna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014