Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyoroti praktik baik resolusi konflik dan perdamaian di Indonesia dalam rangkaian Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 kampus itu.

Ketua Panitia Dies Natalis ke-75 UGM Arie Sujito dalam diskusi "Pojok Bulaksumur" di UGM, Yogyakarta, Selasa, mengatakan praktik baik resolusi konflik di Indonesia perlu diulas kembali sebagai titik tumbuh perkembangan demokrasi di masa mendatang.

"Kita punya pengalaman yang cukup banyak bahwa pengalaman konflik soal identitas, pengalaman konflik kelompok-kelompok masyarakat yang berdimensi struktural itu banyak sekali yang telah diselesaikan," ujar dia.

Menurut Arie, kemampuan Indonesia mengelola konflik, mengelola pluralitas masyarakat semestinya berbanding lurus pada kualitas demokrasi di Indonesia.

Baca juga: Indonesia mendukung resolusi konflik di Laut Merah dan Laut Hitam

Baca juga: UGM latih 80 petugas pencatat serapan karbon pada mangrove

Karena itu, praktik baik tersebut, kata dia, akan dibahas secara spesifik dalam Seminar Nasional Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 bertema "Pengalaman Resolusi Konflik dan Perdamaian dalam Konteks Masa Depan Demokrasi Indonesia" pada Kamis (28/11) di Kampus UGM.

Seminar nasional yang bakal menghadirkan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla (JK) itu, menurut Arie, bakal mempelajari kembali pengelolaan konflik, resolusi damai, serta intervensi apa yang selama ini diterapkan di Indonesia dan dianggap ampuh di kancah internasional.

"Masyarakat atau publik internasional pun bisa belajar dari Indonesia," ujar dia.

Dia menyebut banyak praktik baik yang selama ini telah dikerjakan oleh masyarakat dalam mengelola fase transisi dari masa otoritarianisme ke arah demokrasi.

"Dari situ saya membayangkan kalau UGM dalam Dies Natalis ini bisa mengangkat ulang agar menu demokrasi itu tidak ditandai sekadar kontestasi pilkada, pileg, atau pilpres saja," ujar dia.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM Lambang Trijono mengatakan kehadiran Jusuf Kalla sebagai pembicara kunci dalam seminar tersebut amat penting karena selama ini dia memiliki banyak berperan dalam berbagai penyelesaian konflik di Indonesia.

Menurut dia, salah satu peran penting Jusuf Kalla dapat dilihat dari terwujudnya Deklarasi Malino pada 2001 sebagai perjanjian damai untuk menyelesaikan konflik di Maluku dan Poso.

"Setidaknya dengan adanya perjanjian damai itu kita ada satu tanda yang bisa kita pegang supaya pembangunan perdamaian sesudah konflik itu bisa kita lakukan," ujar Lambang.

Selain seminar, rangkaian Dies UGM ke-75 akan diisi dengan berbagai kegiatan sosial, perlombaan olahraga, dan lokakarya ilmiah, penghargaan insan berprestasi, nitilaku, temu alumni dan perayaan puncak dies natalis.*

Baca juga: Fapet UGM kembangkan embrio sapi-domba berkualitas melalui IVF

Baca juga: PSW UGM: Pendidikan seksual sejak dini cegah pelecehan seksual

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024