Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ade Jubaedah mengatakan bidan menjadi salah satu tenaga kesehatan garda terdepan dalam pencegahan anemia defisiensi besi (ADB) pada ibu dan anak mengingat anemia jenis ini merupakan yang paling umum terjadi.
“Perang penting bidan sebagai salah satu garda terdepan dalam melakukan skrining anemia defisiensi besi (ADB) merupakan hal yang sangat positif yang perlu ditingkatkan terus,” kata Ade dalam acara Peluncuran inisiatif kolaborasi rekomendasi skrining dan pencegahan ADB pada ibu dan anak Indonesia di Jakarta, Selasa.
ADB berkontribusi besar dalam menyebabkan berbagai komplikasi seperti terkait dengan komplikasi obstetri yang nantinya meningkatkan risiko terjadinya hemorrhagic postpartum atau pendarahan pascapersalinan bahkan hemorrhagic antepartum atau pendarahan sebelum kehamilan. Oleh sebab itu, skrining ADB penting dilakukan pada calon ibu dan ibu hamil.
Tak cukup menyasar pada ibu, Ade mengingatkan bahwa skrining ADB juga perlu dilakukan pada anak-anak. Apalagi mengingat pemerintah Indonesia bercita-cita melahirkan generasi emas pada 2045, sehingga permasalahan kesehatan pada anak perlu diselesaikan.
Baca juga: IBI Lampung minta warga kurang mampu tetap periksa kehamilan berkala
Baca juga: IBI Lampung: Pelatihan kompetensi berkala tingkatkan layanan kebidanan
Ade menyebutkan, terdapat sekitar 450 ribu bidan yang tersebar di seluruh Indonesia di mana mereka bekerja di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, dengan sekitar 160 ribu bidan yang bekerja di puskesmas dan sekitar 44 ribu bidan yang bekerja di tempat praktik mandiri bidan.
Mengutip Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, ia menyebutkan bahwa 82,4 persen pelayanan kebidanan diberikan oleh bidan, di mana 44 persen pelayanan tersebut di antaranya diberikan oleh bidan di tempat praktik mandiri bidan. Data ini menguatkan bagaimana peran bidan dalam pelayanan kesehatan di garda terdepan.
Ibu hamil yang menderita anemia berisiko untuk melahirkan anak yang stunting.
Ade juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang telah melibatkan bidan dalam program percepatan penurunan stunting, di mana bidan berperan sebagai koordinator dalam tim pendamping keluarga (TPK) yang mengawal ibu mulai dari prakehamilan, masa kehamilan, hingga pascakehamilan.
“Ini juga kaitannya dengan bagaimana kita melakukan skrining anemia defisiensi besi pada seorang ibu, mulai dari calon pengantin atau calon ibu selama tiga bulan itu dikawal oleh bidan bersama tim lainnya yaitu ada tim penggerak PKK dan satu lagi ada kader KB,” kata dia.
Ade menyampaikan apresiasi untuk berbagai pihak dan mitra strategis yang telah mendukung IBI dalam upaya mengeliminasi anemia defisiensi besi.
Dia berharap profesi bidan dapat dikuatkan oleh pemerintah melalui regulasi. Dukungan dari lintas kementerian juga diharapkan semakin menguat, mulai dari Kemenkes, Kemenko PMK, Kemendukbangga/BKKBN, Kemendes PDT, hingga Kemendagri.
“Karena dengan adanya regulasi yang berwawasan kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk bidan terus dapat meningkatkan kualitas layanan khususnya bagaimana mengeliminasi anemia,” kata Ade.*
Baca juga: IBI: Bidan berperan penting dalam mengawal kesehatan calon pengantin
Baca juga: IBI mengadvokasi penempatan bidan yang lebih baik
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024