Jakarta (ANTARA) -
Secara teori, menurut dia, hakim memiliki independensi dan mandiri dalam menjatuhkan putusan praperadilan tersebut. Dia juga tidak mau menilai ideal atau tidaknya putusan tersebut.
"Ideal atau tidak, adil atau tidak, memang itu sangat subjektif," kata Nasir saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Dia berharap bahwa putusan tersebut bukan "putusan pesanan" dari pihak-pihak yang ingin mengkriminalisasi mantan Menteri Perdagangan itu.
"Kita hormati putusan hakim tersebut," katanya.
Baca juga: Hakim tolak permohonan praperadilan Tom Lembong terkait impor gula
Sebelumnya, hakim tunggal Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Tumpanuli Marbun menolak permohonan gugatan praperadilan Tom Lembong terkait penetapan tersangka atas kasus dugaan korupsi impor gula di Kementerian Perdagangan tahun 2015–2016.
"Dalam pokok perkara, menyatakan menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," kata Tumpanuli pada sidang putusan permohonan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa.
Selain itu, hakim juga menolak tuntutan provisi yang dilakukan Tom Lembong untuk seluruhnya dan menolak eksepsi termohon untuk seluruhnya.
Baca juga: Kejagung bantah tuduhan plagiat ahli di sidang Tom Lembong
Kejaksaan Agung pada 29 Oktober 2024 menetapkan mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong sebagai tersangka perkara dugaan tindak pidana korupsi kegiatan importasi gula di Kementerian Perdagangan tahun 2015–2016.
Kejagung mengungkapkan keterlibatan Tom Lembong dalam kasus tersebut bermula ketika pada tahun 2015, dalam rapat koordinasi antarkementerian disimpulkan bahwa Indonesia mengalami surplus gula, sehingga tidak perlu impor gula.
Namun, pada tahun yang sama, Tom Lembong selaku Mendag memberikan izin persetujuan impor gula kristal mentah kepada PT AP.
Baca juga: Kejagung periksa lima saksi terkait kasus impor gula
Baca juga: Kuasa hukum Tom Lembong yakin 90 persen menangkan sidang praperadilan
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024